BANG PAHAN – Warga yang tinggal di lokasi sekitar Bangkok kemarin meluapkan kemarahan karena mereka mendapatkan banjir kiriman. Mereka menganggap banjir kiriman itu karena sebagai pengalihan agar Bangkok aman dari bencana itu.
“Saya membayar pajak yang sama seperti orang yang tinggal di Bangkok. Kenapa mereka tidak memikirkan saya juga?” kecam Wanpen Rittisarn dengan airmata berkaca-kaca. Dia merupakan salah satu korban banjir bandang kiriman yang seharunya mengalir ke Bangkok tetapi dialihkan ke wilayah Bang Pahan yang berjarak 100kilometer utara ibukota itu.
Perempuan berusia 41 itu terpaksa mengungsi dari rumahnya yang terendam banjir setinggi dua meter. Rittisarn pun mengungsi di rumah saudaranya di sekitar kota tempat tinggalknya. “Saya butuh waktu lama untuk tiba di tempat yang aman. Siapa yang peduli dengan saya,” keluhnya dikutip AFP.
Padahal, dua pertiga wilayah Thailand direndam banjir, kecuali Bangkok. Itu yang membuat warga kota lain merasa sangat dianaktirikan oleh pemerintah pusat. Banjir kali ini dianggap sebagai banjir yang paling buruk dalam beberapa dekade terakhir.
Lebih dari 250 warga Thailand meninggal dalam hujan deras yang memicu banjir selama dua bulan terakhir. Banjir terjadi di sebagian besar wilayah Thailand, terutama wilayah utara ibukota. Pemerintah berusaha menghentikan aliran banjir ke wilayah Bangkok yang dikenal daratan rendah sebagai tempat tinggal 12 juta jiwa. Pemerintah mengalihkan banjir ke wilayah utara.
Bangkok hanya mengalami genangan banjir. Sangat kontras dengan kota kuno Thailand Ayutthaya, sekitar 80 kilometer timur laut ibukota, di mana terdapat banyak kuil kuno tergenang air selama beberapa minggu. Sungguh ironis!
Tetapi Perdana Menteri (PM) Yingluck Shinawatra memperingatkan pada Jumat (7/10) bahwa Thailand akan menghadapi krisis lebih dalam jika banjir “menghantam langsung ke Bangkok”. “Banjir telah mengalir ke dalam kota dan pemerintah menghadapi ancaman banjir baru,” kata Yingluck.
Sebanyak 8.000 tentara dikerahkan untuk membantu rakyat yang menjadi korban banjir. Banjir tersebut telah menewaskan 252 orang dan sebanyak 2,6 juta orang di 28 provinsi harus mengungsi. Akibat banjir itu, rencana kunjungan Yingluck ke Kuala Lumpur dan Singapura yang dijadwalkan pada Selasa (11/10) dan Rabu (12/10) mendatang dibatalkan. “Perjalanan ditunda akibat banjir,” kata juru bicara pemerintah Titima Chaisaeng.
Pemerintah membela diri bahwa ibukota merupakan tempat tinggal jutaan orang. “Bangkok merupakan jantung Thailand dan jantung ekonomi kita,” ujar petugas penanggulangan bencana yang enggan disebutkan namanya. Anehnya, pemerintah justru mengalihkan banjir ke wilayah pertanian. “Kita tidak mencoba untuk melindungi Bangkok dan mengorbankan lainnya.”
Sementara menurut para ekonom Universitas Kamar Dagang Thailand memperkirakan kerugian akibat banjir itu mencapai USD3,4 miliar. Itu disebabkan karena rumah, sekolah dan rumah sakit mengalami kerusakan. Parahnya, panen padi pun mengalami kegagalan. (andika hendra m)
No comments:
Post a Comment