Wednesday, October 12, 2011

AS Minta Maaf Atas Klaim Wisata Seks Filipina

MANILA – Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Filipina Harry Thomas menyatakan permintaan kepada seluruh rakyat Filipina karena permintaan yang menyebut 40% wisatawan pria yang berkunjung ke negara itu karena alasan seks. Thomas meminta maaf melalui pesan singkat kepada Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario pada Jumat (7/10).

Dalam pernyataan resmi Kedutaan Besar AS menyatakan Thomas mengekspresikan “kekecewaan mendalam” atas pernyataannya. Melalui pesan pendek yang dikirim ke Menteri Luar Negeri Filipina Albert del Rosario, Dubes Thomas mengatakan tidak semestinya ia menyampaikan pernyataan tersebut tanpa didukung oleh data.

“Saya mengirimkan pesan kepada Anda sebagai bentuk respon kekecewaan atas pernyataan saya. Saya seharusnya tidak menggunakan data statistik 40% tanpa kemampuan untuk menjelaskan lebih detaik,” ujar juru bicara Kedutaan Besar AS Tina Malone mengutip pesan Thomas itu, dikutip AFP.

Tina Malone mengatakan, dubes menyampaikan penyesalan yang mendalam. “Amerika tetap akan menjadi mitra Filipina dalam membasmi wisata seks dan perdagangan manusia,” kata Malone seperti dikutip BBC. Sejak beberapa waktu terakhir Amerika meminta pemerintah Filipina untuk menindak tegas warga asing, termasuk warga Amerika, yang terlibat dalam prostitusi anak dan penyelundupan manusia.

Pernyataan yang disampaikan dalam satu seminar bulan lalu itu membuat rakyat Filipina marah. Komentar tersebut juga dikeluarkan ketika pemerintah Filipina tengah berupaya menggairahkan pariwisata, yang dianggap kalah maju dibandingkan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.

Pada tahun lalu, 3,52 juta wisatawan berkunjung ke Filipina. Pemerintah menargetkan sebanyak enam juta wisatawan bakal berkunjung pada 2016.

Para pejabat Filipina kecewa karena negara mereka digambarkan oleh duta besar Amerika sebagai surga seks. Pejabat-pejabat Filipina mengatakan Duta Besar Amerika Harry Thomas telah minta maaf atas ucapannya pada bulan lalu itu.

Juru Bicara Presiden Filipina Benigno Aquino, Edwin Lacierda, mengatakan permintaan maaf duta besar seharus dilakukan mengenai isu tersebut. “Kita menganggap bahwa isu tersebut tertutup tetapi kepedulian kita melawan para pelaku perdagangan manusi harus dilanjutkan. Kita akan melanjutkan penyelidikan siapa saja yang mengambil keuntungan dari orang-orang kita,” ujar Lacierda.

Dalam laporan perdagangan manusia tahunan ke 10 mengenai Filipina disebutkan bahwa pariwisata seks anak-anak masih menjadi permasalahan serius di negara itu. Ini yang mengkhawatirkan AS sebagai salah sekutu dekat Filipina. (andika hendra m)

No comments: