Tuesday, August 04, 2015

BERMIMPI JADI MITRA BINAAN BNI #69TahunBNI

OMc adalah brand yang diciptakan istriku, Nur Hofifah. Aku sendiri bukan orang yang lahir dari kalangan keluarga pebisnis dan pedagang. Berbeda dengan istriku. Orang tuanya pedagang. Saudara kandungnya juga mayoritas berbisnis. Berbeda denganku. Duniaku itu menulis dan mengajar. Tapi, keinginan untuk berbisnis tetap terpatri dalam hatiku karena hasrat istriku yang selalu ingin berbisnis. Apalagi, istriku selalu menasehatiku, menjadi bos meskipun berskala kecil, tetap bos. Beda dengan kuli yang bergaji miliaran, tetap saja kuli. “Bagaimana kita memulai bisnis?” tanya istriku saat menikmati teh sembari menonton televisi. Dan saat itu ditanyakan iklan BNI. “Utang bank? Itu ada iklan BNI. Bagaimana kalau kita ajukan kredit ke BNI?” tanyaku. “Mau menggadaikan apa? Surat tanah?” “Bukannya BNI memiliki mitra binaan. Kita bisa ajukan proposal agar menjadi mitra binaan BNI. Dari sana, pasti bisa dapat kredit dengan persyaratan yang lebih mudah.” “Menarik juga!” Aku dan istriku mencari informasi mengenai mitra binaan BNI. Ternyata itu merupakan program Corporate Social Responsibility. Jelas itu sangat tepat dengan bisnis yang akan dikembangkan istri. Yakni, fashion. Istriku memang bercita-cita menjadi fashion designer. Walaupun, dia tak pernah kursus menjahit atau sekolah fashion design. Tapi dia kreatif dan minimal bisa menjahit. Istriku semakin tertarik untuk menjadi mitra binaan BNI. Setelah browsing di internet, tapi, dia tak menemukan cara untuk menjadi mitra binaan BNI. Aku mencoba membantu mencari informasi tersebut, ternyata tak menemukannya. Kami berdua berencana bertanya ke kantor cabang BNI terdekat di rumah kami. Tapi, itu belum direalisasi. Aku pun mencoba alternatif agar menjadi mitra binaan bank selain BNI. Tetapi, istriku enggan. Dia memilih BNI. Entah kenapa istriku bersemangat dengan program BNI tersebut. “Kenapa harus jadi mitra binaan BNI?” tanyaku kepada istriku selepas browsing internet. “Coba lihat situs BNI ini!” kata istriku sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah tablet berukuran 10 inchi. “Apanya?” “Lihat, fokus mitra binaan BNI itu usaha kreatif fashion.” Istriku memang ingin membuka butik. Brand sudah ada. OMc. Butik yang menjual pakaian gamis dan baju muslim. Bukan reseller seperti kebanyakan teman-teman istriku. Tapi dia ingin mendesain baju gamis sendiri. Dan dijahit sendiri. Jika pesanannya sudah banyak, istriku ingin merekut merekrut komunitas hafizah sebagai mitranya. Nantinya, istriku juga ingin bekerja sama dengan alumni pondok pesantran Lirboyo. “Benar. Aku kok baru sadar ya... bukannya kamu memang fokus ke butik...,” akuiku dengan penuh kesadaran. “Lihat. BNI juga mengajak mitra binaan untuk ikut pameran baik di kota besar. Minimal kita bisa berpameran. Siapa kira BNI mengajak mitra binaannya untuk go international!” “Benar juga.” OMc bukan hanya sekedar mimpi. Istriku sudah memulai mewujudkan mimpinya. Sekitar enam bulan lalu, aku menghadiahkan mesin jahit untuk istriku. Istriku pun mulai merancang baju gamis untuk dipakai sendiri. Selain itu, dia juga menjahit jas untukku. Bahkan jas tersebut sudah aku pakai menghadiri acara di Benua Kanguru. Itu bukti kalau karya istri sudah go international!
Sayangnya, OMc belum grandlaunching. Tapi kami sudah softlauching. Aku masih mengumpulkan tabungan untuk membeli mesin obras dan mesin bordir. Meskipun sebenarnya aku mampu membeli kedua mesin tersebut, tetapi istriku tetap berkeinginan skala prioritas lainnya dibandingkan membeli dua mesin pendukung OMc itu. Istriku bilang kalau OMc insha Allah akan mendapatkan rezeki. Aamiin, kataku.
Sama seperti BNI, OMc juga suka berbagi. Produk OMc dibagikan untuk keponakan. Istriku mendesain tiga baju anak dan diberikan kepada Ocha, Ifda dan Hamna. Baju itu lebaran. Merayakan lebaran dengan baju lebaran OMc. Berbagi sungguh menyenangkan dan menggembirakan. “Mas, aku punya mimpi lebih besar lagi selain OMc?” tutur istriku ketika aku menikmati es teh. “Apa keliling Eropa?” tanyaku. “Bukan. Bagaimana kita menjadi Cerih sebagai Kampoeng BNI!” Berdasarkan informasi yang aku tahu, kalau Kampoeng BNI merupakan program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penyaluran kredit lunak dengan sistem klaster yang dilakukan di beberapa daerah. Dikutip dari situs BNI, tujuan pembentukan Kampoeng BNI adalah untuk mengembangkan potensi ekonomi masyarakat di suatu kawasan pedesaan melalui pinjaman lunak program kemitraan maupun bantuan bina lingkungan untuk menunjang aktivitas ekonomi lokal di daerah tersebut. Pada saat ini konsep Kampoeng BNI dibangun atas prinsip community enterprise, dimana satu klaster memiliki berbagai macam produk yang menjadi keunggulan atau ciri khas daerah tersebut. “Apa yang bisa dikembangkan di Cerih?” tanyaku penuh keyakinan. “Kampoeng Batik Tegal mungkin? Kampoeng Tempe?” kata istriku. “Betul. Namanya juga mimpi. Tapi kita fokus OMc dulu. Setelah itu kembangkan Cerih sebagai Kampoeng BNI!” “Sepakat!” Mitra binaan dan Kampoeng BNI merupakan dua program Corporate Social Responsibility yang patut diacungi jempol. Kenapa? Karena itu bersentuhan dengan mimpi istriku. Tentunya mimpiku juga. Program Corporate Social Responsibility yang mampu menyentuh orang kreatif seperti aku dan istriku. Program Corporate Social Responsibility yang mampu mewujudkan mimpi anak muda Indonesia. Bukan hanya sekedar program Corporate Social Responsibility yang hanya sekedar berbagi saja.
Referensi: www.bni.co.id Foto: 1. Seorang model mengenakan gamis karya desain Opiep Mustaqim. 2. Berpose dengan jas buatan istriku, OMc, di Martin Place Street, Sydney. 3. Ifda mengenakan baju OMc hasil desain Opiep Mustaqim

BNI PENUH PRESTASI #69TahunBNI

Sore beberapa tahun lalu. Aku bertemu Bim Bim. Pertemuan itu hanya via dunia maya. Hingga berlanjut dengan chatting via BBM dan WA. Dia temanku saat kuliah di Malang. Bim Bim namanya. Meski beda jurusanku denganku, Bim Bim itu kuliah jurusan teknologi pertanian. Setahuku, Bim Bim dulunya bekerja sebagai manajer toko ritel. Tidak puas dengan salary dan karir, dia memilih bergabung dengan sebuah bank terbesar di Indonesia. Jelas, bank itu adalah Bank BNI. Aku juga pernah bertemu dengan Bim Bim di Jalan Fatmawati, Pondok Labu. Saat itu, Bim Bim masih pelatihan. Dia mengenakan kemeja putih dan celana hitam sedang berjalan di trotoar di saat jam makan siang. Tapi aku tak sempat mengobrol panjang. Aku masih ada urusan selepas mengajar. Ya, Bim Bim memilih bekerja di BNI, bukan di bank lain. Pasti ada alasannya. Ternyata alasan pertama adalah prestasi yang dimiliki BNI. Kalau karir dan gaji, itu sudah pasti. Semua orang bekerja pasti karena dua hal itu. Tapi prestasi yang dimiliki perusahaan tempat bekerja menjadi sangat penting. Logika yang dipakai Bim Bim tentunya sama dengan kebanyakan orang Indonesia menabung karena di BNI karena prestasi. Selain karena banyak cabang dan ATM-nya. Kalau karena kantor mewajibkan tabungan BNI karena transfer gaji, itu adalah urusan lain. Yang jelas, prestasi suatu bank juga menjadi jaminan ketenangan bagi nasabah. Ingin bukti? Coba survei sendiri. Maklum saya sudah mensurvei sendiri. “BNI PENUH PRESTASI!” gumamku. Pada awal April lalu, BNI dinyatakan sebagai bank terbaik di Indonesia sebagai penyedia solusi Cash Management. Seperti aku baca di TribunNews.com, prestasi BNI dalam Transactional Banking Services itu diakui Penghargaan The Corporate Treasurer 2013 yang memberikan Best Cash Management Bank for Indonesia. BNI mendapat penghargaan sebagai bagian dari Asia-Pacific Country Transaction Bank Awards. Penghargaan itu diserahkan The Corporate Treasurer kepada Direktur Business Banking BNI Krishna Suparto di Singapura. “Mantap!” yakinku.
BNI semakin hebat karena memiliki lebih dari 1.800 nasabah korporasi dan 16 ribu komersial kelas menengah ke bawah untuk menjadi nasabah produk Cash Management BNI. Kemudian, BNI memiliki 1.687 outlet yang tersebar di 34 provinsi dan 381 kabupaten, dan lima kantor cabang di luar negeri; yaitu di London, New York, Tokyo, Singapura, Hongkong; satu sub branch di Osaka; Limited Purpose Branch di Singapura; dan Remittance Representative yang tersebar di Malaysia, Saudi Arabia, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat. “Keren!” sungguhku. Pilihan Bim Bim untuk bekerja dan jutaan orang menabung di BNI semakin benar karena banyaknya prestasi yang dimiliki bank tersebut. Pada bulan Maret lalu, aku juga mendengar kabar kalau BNI berhasil memperoleh penghargaan dalam acara Digital Brand of The Year 2015 kategori produk perbankan, BNI Taplus dan Kartu Debit BNI. Aku mengetahui informasi itu ketika membaca laman Bisnis.com. Kenapa BNI bisa meraih penghargaan itu? Digital Brand of The Year 2015 itu berdasarkan indeks Digital Brand hasil survei iSentia dan Biro Riset sebuah media nasional pada 2015, dibandingkan dengan produk perbankan sejenis di Indonesia. Ternyata BNI sudah berekspansi dengan memanfaatkan teknologi dan digital channel telah menjadi salah satu strategi utama sektor consumer banking. Aku sangat paham. Akun media sosial BNI memang sangat aktif. Menurutku secara pribadi, BNI memang sangat paham dalam mengetahui perkembangan nasabah. Di mana banyak nasabah yang memiliki media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Komunikasi dengan nasabah dijalin melalui media sosial. Orang tak lagi bertemu dengan teller, tetapi cukup dengan admin Twitter BNI dan admin Facebook BNI. “BNI itu pasti bank masa depan!” prediksiku. Referensi: http://finansial.bisnis.com/read/20150327/90/416652/bni-taplus-dan-kartu-debit-sabet-penghargaan http://www.tribunnews.com/bisnis/2014/04/02/bni-bank-terbaik-penyedia-solusi-manajemen-keuangan http://bni.co.id/id-id/tentangkami/penghargaan.aspx