BEIJING – Parlemen China bakal melaksanakan pertemuan tahunan pada pekan ini di tengah bayangbayang ketegangan politik dan tuntutan reformasi yang diinisiatifi dari kampanye online.
Kongres Nasional Rakyat yang bakal dihadiri 3.000 delegasi telah dibatasi kekuasaannya itu bakal menggelar pertemuan yang hanya mengagungagungkan Partai Komunis. Dalam sejarah China,pertemuan parlemen tersebut tidak pernah menjadi ajang debat atau pun diskusi. Agenda parlemen tahunan itu dijadikan ajang bagi pemerintah untuk menyampaikan agenda dan rencana pembangunan yang biasanya disampaikan Perdana Menteri Wen Jiabao. Sesi rapat itu bakal dimulai pada Sabtu (5/3).
Wen memberikan pandangan awal pada pekan lalu dan menawarkan sinyal jelas mengenai kekhawatiran para pejabat mereka. Tidak ada satu orang pun yang memperkirakan adanya sinyal reformasi politik di parlemen China. Apalagi, kepemimpinan China bakal menghadapi suksesi pada akhir 2012.Parlemen hanya menjadi mengikuti keinginan petinggi Partai Komunis. Namun, Pemerintah China sangat kebakaran jenggot dengan revolusi Tunisia, Mesir, Libya, dan dunia Arab yang menjadi perhatian warga China.
Para pakar politik pun menganggap kepemimpinan Komunis di Beijing di bawah tekanan lebih berat dibandingkan tahun-tahun lalu menyusul isu bakal menjalarnya revolusi di dunia Arab ke negara itu. “Saya berharap ada kebijakan baru (pada pidato Wen). Sebab,jika tidak ada itu berarti menunjukkan pemerintah tidak ingin memenuhi keinginan rakyat pada umumnya. Ini bakal menjadi permasalahan besar,”tutur Bao Tong,mantan pejabat senior pemerintah yang pernah dipenjara karena menentang kerusuhan Lapangan Tiananmen pada 1989.
Menurut Bao,ada dua sikap yang biasa ditunjukkan oleh pemerintah China. “Pertama, jika ada masalah,Anda harus melakukan reformasi dengan cepat.Kedua, adalah penekanan,” papar Bao.Kemudian, sikap mana yang bakal dipimpin China saat ini? “Hanya mereka yang tahu,”ujarnya. Isu inflasi, korupsi, pengangguran, dan kemiskinan memang sepertinya ditutupi dengan keberhasilan ekonomi China secara umum. “Rakyat masih tidak senang.
Masyarakat kelas atas China yang paling diuntungkan dalam perekonomian China,”tutur analis China Willy Lam dari Universitas China di Hong Kong. Menurut Lam, itu disebut dengan “penyakit mata merah”. Itu berkaitan dengan kecemburuan. “Sebagian besar rakyat China sangat membenci cara komunitas orang kaya mencari uang. Menurut Lam, sepertinya diperlukan agenda mengenai masalah keamanan sosial untuk mengurangi kesenjangan sosial yang dapat berujung pada konflik.
Kemarahan rakyat China itu telah ditunjukkan dalam demonstrasi yang dilaksanakan dua pekan lalu. Demonstrasi berskala kecil itu diserukan oleh seruan misterius di internet setiap pekan. Menurut Nicholas Bequelin, peneliti China untuk Pemantau Hak Asasi Manusia (HRW),seruan tersebut bisa dikatakan gagal karena tekanan aparat keamanan. Menurut dia,seruan demonstrasi itu pun hanya akan berdampak kecil dalam perubahan politik. Namun,seruan demonstrasi melalui internet merupakan kemajuan bagi generasi muda China.Mereka ingin suara mereka didengar publik.
“Ini merupakan realitas nyata jejaring sosial dan perilaku generasi digital yang tidak terpikirkan oleh para penduduk China lainnya,” ujarnya kepada AFP. Sementara itu, pemerintah China menyatakan tidak akan meminta maaf atas pemukulan terhadap jurnalis asing yang meliput aksi prodemokrasi pada Minggu (27/2). Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Jiang Yu mengatakan, jurnalis harus “bekerja sama” dengan otoritas dan menghormati hukum negara jika mereka ingin meminimalkan terjadinya insiden seperti itu di masa depan.“
Polisi telah memberikan petunjuk yang masuk akal untuk jurnalis menjelang protes pada Minggu,”tuturnya kepada Reuters. Pasukan keamanan yang hadir dalam jumlah besar di lokasi seluruh negara tempat gerakan demonstrasi China telah mendesak reformasi. Sebelumnya, Duta AS untuk China Besar Jon Huntsman telah berbicara dengan beberapa jurnalis yang melaporkan sedang ditahan. Dia menilai tindakan polisi tidak bisa diterima dan sangat mengganggu. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/384760/
No comments:
Post a Comment