TEHERAN(SI) – Tujuh pemimpin senior Garda Revolusi Iran dan 31 orang lainnya tewas akibat serangan bom bunuh diri saat pertemuan di Kota Pisheen,berbatasan dengan Pakistan,kemarin.
Serangan di wilayah mayoritas Sunni itu adalah yang paling mematikan sejak pengeboman pada Februari 2007 yang menewaskan 13 orang.Garda Revolusi langsung menuduh kekuatan Barat di balik serangan tersebut. Departemen Dalam Negeri (depdagri) Iran melaporkan, korban tewas itu termasuk para pemimpin suku.
”Berdasarkan informasi, aksi teroris tersebut telah menewaskan 31 orang dan 28 lainnya terluka,”ungkap laporan Depdagri Iran. ”Para syahid termasuk beberapa orang tidak bersalah, dari Syiah maupun Sunni, para pemimpin suku dan komandan Pasukan Garda Revolusi.Sesegara mungkin kita akan menangkap siapa dalang di belakang aksi teroris tersebut dan menghukum mereka,” papar Depdagri Iran.
Kantor berita Farsmelaporkan, serangan bom tersebut terjadi ketika para komandan Garda Revolusi menyiapkan pertemuan dengan para pemimpin lokal Syiah dan komunitas Sunni. Para pemimpin suku lokal juga termasuk korban tewas. Kantor berita IRNA melaporkan bahwa pelaku bom bunuh diri menggunakan rompi berisikan bom dan meledakkan diri saat rapat para jenderal tersebut berlangsung.
Korban tewas dari Garda Revolusi yaitu Wakil Komandan Angkatan Darat Garda Revolusi Jenderal Nur-Ali Shushtari, Komandan Garda Revolusi di Provinsi Sistan- Baluchestan Jenderal Mohammad- Zadeh,Komandan Garda Revolusi untuk kota Iranshahr, dan Komandan Unit Amir al-Momenin.
Tiga komandan lainnya yang bertugas di provinsi Kerman juga tewas. Pasukan Garda Revolusi menuding kekuatan Barat menjadi dalang serangan tersebut. ”Arogansi dunia, memprovokasi antek- anteknya dan prajurit bayaran di wilayah ini untuk melancarkan serangan teroris pada pertemuan besar antara Garda Revolusi dan para pemimpin suku,” demikian pernyataan Garda Revolusi.
Iran biasa menyebut kekuatan Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), dengan julukan ”arogansi dunia.” ”Tidak ada keraguan sedikit pun bahwa tindakan biadab dan tidak berperikemanusiaan ini dilaksanakan dengan strategi setan dari orang asing dan musuh-musuh rezim yang berusaha memecah belah persatuan antara Syiah dan Sunni,”paparnya.
Aladdin Borujerdi, anggota parlemen Iran, menuding AS berada di balik aksi serangan tersebut. ”Musuh-musuh revolusi Islam, khususnya AS, merupakan pendukung utama jaringan teroris,” ucapnya seperti dikutip kantor berita Mehr. Dia menambahkan, serangan itu dilancarkan jaringan Abdolmalek Rigi yang merupakan pemimpin kelompok Jundallah (Tentara Tuhan).
Menurut Borujerdi, Jundallah bertujuan merusak hubungan baik antara Garda Revolusi dan rakyat. Sebelumnya, para pejabat Iran juga menuding Inggris dan AS menunggangi Jundallah yang bergerilya di wilayah Sistan-Baluchestan. Jundallah dikenal kuat menentang pemerintahan Iran yang berhaluan Syiah.
Kelompok itu menuduh Pemerintah Syiah Iran melakukan penganiayaan serta diskriminasi. Kota Zahedan merupakan wilayah yang menjadi pusat konflik selama beberapa tahun terakhir. Pada Mei 2008,sedikitnya 25 orang tewas di masjid Syiah di kota tersebut karena serangan bom bunuh diri. Ketua Parlemen Iran Ali Larijani menganggap serangan tersebut bertujuan merusak situasi keamanan di Provinsi Sistan- Baluchestan.
”Mereka (gerilyawan) tidak menginginkan adanya kemajuan ekonomi di wilayah tersebut. Namun, pastinya, pasukan Garda Revolusi akan meningkatkan keamanan di wilayah tersebut,” paparnya. Larijani menuding bahwa Washington menjadi dalang serangan bom kemarin.
”Kita menganggap bahwa serangan teroris baru-baru ini merupakan hasil tindakan AS. Pasalnya,AS memiliki dendam terhadap negara kita. Obama mengatakan bahwa dia akan mengulurkan tangan kepada Iran,tetapi dengan aksi teroris tersebut dia justru membakar tangannya sendiri,” ujarnya. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/277863/
No comments:
Post a Comment