Tuesday, May 13, 2008

Mengantarmu ke Gambir

andika, yang sedang berpose di depan kereta api sembrani jurusan gambir-pasarturi.
andika, yang sedang berpose di depan kereta api sembrani jurusan gambir-pasarturi.
mengantar novie, teman di bali yang akan balik ke surabaya.
mengantar novie, teman di bali yang akan balik ke surabaya.
novie pun berpose menjelang detik-detik keberangkatan
novie pun berpose menjelang detik-detik keberangkatan
awas! nanti ketinggalan kereta!

Stasiun Gambir (kode:GMR) adalah stasiun kereta api terbesar di Jakarta, Indonesia dan terletak di kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Stasiun ini dibangun pada dasawarsa 1930-an dan mendapatkan renovasi secara besar-besaran pada 1990-an. Stasiun Gambir melayani transportasi kereta api untuk tujuan-tujuan utama di pulau Jawa. Kereta wilayah Jabotabek tidak berhenti di stasiun ini. Di stasiun ini, tersedia pula bus DAMRI untuk menuju Bandara Soekarno Hatta.

Stasiun ini terdiri dari tiga tingkat. Aula utama, loket tiket, beberapa restoran dan toko, serta mesin ATM terdapat pada tingkat pertama. Tingkat kedua adalah ruang tunggu dengan beberapa restoran cepat saji dan kafetaria, sedangkan rel kereta api berada pada tingkat ketiga.

Kotor dan Semrawut

Stasiun Kereta Api Gambir di Jakarta Pusat tampak kotor dan semrawut meski merupakan stasiun terpenting dalam menunjang angkutan kepariwisataan dan pencerminan Jakarta sebagai kota internasional.

Bukan hanya lantai dasar stasiun bantuan Jepang itu tampak kotor seolah tidak pernah disapu, namun pula penuh dengan gelandangan dan pengemis yang bebas berkeliaran.

Beberapa perempuan gelandangan terlihat duduk bersimpuh di depan gerai makanan ataupun wartel di lantai dasar sambil memangku bayi-bayi. Mereka berusaha menarik perhatian para pengguna jasa KA. Setiap pojok stasiun kini penuh dengan ojek-ojek motor yang diparkir sekehendak hati.

Beberapa pengelola kios dan pemilik restoran di lantai dasar stasiun menyatakan situasi demikian membuat bisnis mereka terganggu, karena tidak sedikit calon pengunjung yang batal duduk begitu melihat banyak gelandangan dan pengemis duduk di depan pintu-pintu masuk.

Ratusan Bajaj dan taksi liar juga terlihat memenuhi hampir setiap ruang kosong di jalan-jalan lingkungan dalam stasiun. Beberapa Bajaj lalu lalang mengejar penumpang, di antaranya ada yang tidak segan-segan berjalan melawan arah semestinya.

Pada perimeter lebih jauh, ratusan warung makanan, lapak-lapak dan kereta-kereta dorong pedagang memenuhi lingkungan stasiun besar yang jaraknya hanya berkisar 500 meter dari Balai Kota Jakarta itu. Suasana kotor dan semrawut ditambah lagi oleh kehadiran orang-orang yang tampak tidak jelas pekerjaannya berada di sekitar stasiun itu.

No comments: