Monday, May 26, 2008
Memetik Daun Teh di Puncak
hamparan hijau yang di puncak bogor, benar-benar menyejukkan mata. maklum, kesehatian duduk di depan komputer dan melototin huruf demi huruf, melihat kebun teh di depan, seperti ada surga di depan mata.
langsung, aku pinggirkan sepeda motorku, menuju kebun teh. berlagak narsis, aku beraksi, dijepret, temanku vivi. tukang parkir dan dua pasang kekasih yang lagi kencang sempat memandang sinis, kok narsis banget.
bagiku, itu pengalaman baru, maklum setelah lama perjalanan lebih dari tiga jam lamanya dari jakarta, aku bisa melihat sesuatu yang baru dan tidak bisa ditemui dengan mudah di jakarta. indahnya laut, eksotisnya pegunungan, dan gemulainya pemandangan sudah aku rasakan. tapi, kebun teh puncak benar-benar menawarkan sesuatu yang beda.
beberapa kritik
kebun teh di puncak tidak dikelola dengan baik. hanya ada beberapa kebun teh saja yang dikelola profesional, seperti agro mas. sebenarnya, masih banyak potensi yang bisa digali dari kebuh di puncak. kebun teh layak menjadi wisata eksklusif jika dikemas dengan baik. dengan sentuhan dan polesan untuk mengemas kebun teh menjadi wisata agro. modal memang menjadi kendala utama, sudah seharusnya pemerintah turun tangan membantu petani teh. mereka ingin maju, tapi banyak kendala yang menghadang.
Sunday, May 18, 2008
Jay Masih Keriting
Tebak-Tebakan Berhadiah
Demi Jay, Kita Kumpul
Jelek Kok Bangga
Mekarnya Senyum Udin di Haji Babe Lili
Tuesday, May 13, 2008
Mengantarmu ke Gambir
Stasiun Gambir (kode:GMR) adalah stasiun kereta api terbesar di Jakarta, Indonesia dan terletak di kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Stasiun ini dibangun pada dasawarsa 1930-an dan mendapatkan renovasi secara besar-besaran pada 1990-an. Stasiun Gambir melayani transportasi kereta api untuk tujuan-tujuan utama di pulau Jawa. Kereta wilayah Jabotabek tidak berhenti di stasiun ini. Di stasiun ini, tersedia pula bus DAMRI untuk menuju Bandara Soekarno Hatta.
Stasiun ini terdiri dari tiga tingkat. Aula utama, loket tiket, beberapa restoran dan toko, serta mesin ATM terdapat pada tingkat pertama. Tingkat kedua adalah ruang tunggu dengan beberapa restoran cepat saji dan kafetaria, sedangkan rel kereta api berada pada tingkat ketiga.
Kotor dan Semrawut
Stasiun Kereta Api Gambir di Jakarta Pusat tampak kotor dan semrawut meski merupakan stasiun terpenting dalam menunjang angkutan kepariwisataan dan pencerminan Jakarta sebagai kota internasional.
Bukan hanya lantai dasar stasiun bantuan Jepang itu tampak kotor seolah tidak pernah disapu, namun pula penuh dengan gelandangan dan pengemis yang bebas berkeliaran.
Beberapa perempuan gelandangan terlihat duduk bersimpuh di depan gerai makanan ataupun wartel di lantai dasar sambil memangku bayi-bayi. Mereka berusaha menarik perhatian para pengguna jasa KA. Setiap pojok stasiun kini penuh dengan ojek-ojek motor yang diparkir sekehendak hati.
Beberapa pengelola kios dan pemilik restoran di lantai dasar stasiun menyatakan situasi demikian membuat bisnis mereka terganggu, karena tidak sedikit calon pengunjung yang batal duduk begitu melihat banyak gelandangan dan pengemis duduk di depan pintu-pintu masuk.
Ratusan Bajaj dan taksi liar juga terlihat memenuhi hampir setiap ruang kosong di jalan-jalan lingkungan dalam stasiun. Beberapa Bajaj lalu lalang mengejar penumpang, di antaranya ada yang tidak segan-segan berjalan melawan arah semestinya.
Pada perimeter lebih jauh, ratusan warung makanan, lapak-lapak dan kereta-kereta dorong pedagang memenuhi lingkungan stasiun besar yang jaraknya hanya berkisar 500 meter dari Balai Kota Jakarta itu. Suasana kotor dan semrawut ditambah lagi oleh kehadiran orang-orang yang tampak tidak jelas pekerjaannya berada di sekitar stasiun itu.