Baru-baru ini, asuransi kembali menjadi sensasi. Asuransi menjadi suatu hal yang sangat populer. Adalah Cindy Crawford dan Jennifer Lopez yang mengasuransi bokong mereka yang seksi. Khusus untuk J.Lo panggiklan akrab Jennifer, bokongnya diasuransikan senilai USD300 juta. Hanya saja perusahaan asuransi di New York yang menanggungnya tak disebutkan namanya.
Dalam situs berita BBC, J.Lo juga mengasuransikan anggota tubuhnya yang lain. USD200 juta untuk payudaranya, USD 50 juta buat rambutnya, dan setiap kilogram dari 54,4 kilogram tubuhnya punya harga pertanggungan USD18,4 juta. Total nilai asuransi J.Lo mencapai USD1 miliar.
Ternyata, bukan cuma artis saja yang mengasuransi bagian tubuhnya Gennaro Pellicia, 34 tahun, adalah seorang taster atau pencicip dari kacang/biji kopi mentah sebuah perusahaan pemanggangan kopi. Gennaro Pellicia adalah seorang masternya kopi Italia. Dirinya sudah 18 tahun bekerja di Costa. Lidah Gennaro bernilai 10 Juta poundsterling.
Membaca informasi-informasi di atas, kita sebagai orang Indonesia tentunya sangat miris. Kenapa miris? Jelas, mereka di negara-negara maju telah lepas berpikir tentang asuransi jiwa, kesehatan, dan pendidikan. Mereka justru telah berani mengasuransikan bagian-bagian tubuh mereka yang dianggap penting. Bagian tubuh mereka dianggap sebagai aset yang tak ternilai harganya. Kita di Indonesia, berpikir tentang asuransi jiwa saja masih berputar-putar dan berpikir yang tidak masuk akal.
Kalau di lihat lebih jeli, sebenarnya, sensasi asuransi di Indonesia bisa saja di-booming-kan. Semisal, Indonesia memiliki penyanyi dengan “suara emas”, bukan hanya Almarhum Chrisye, melainkan penyanyi-penyanyi muda, seperti Afghan, Rossa, mau mengasuransikan pita suara mereka, pasti asuransi di Indonesia akan dipenuhi sensasi. Kemudian, Julia Perez mengasuransikan payudara dan bokongnya, masyarakat pun akan sedikit melek dengan asuransi.
Walaupaun saya paham, dunia glamour artis tidak mampu menyentuh masyarakat bawah. Namun, setidaknya berita-berita yang ada di koran, majalah, dan tabloid memiliki nuansa yang berbeda yaitu, sensasi asuransi. Itu semua karena memang kesadaran mengenai asuransi di negeri ini belum menyeluruh. Dengan demikian, asuransi belum menjadi hal yang penting.
Padahal, kenapa tidak ada perusahaan asuransi di Indonesia yang berusaha membuat sensasi asuransi. Saya anggap, Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 yang memiliki kewajiban untuk membuat sensasi asuransi. Misalnya saja, Bumiputera bekerjasama dengan artis ternama untuk mengasuransi hal paling berharga yang dimilikinya. Kalau pun tidak bagian tubuh, bolehlah hal-hal lainnya.
Semisalnya, Toh Pati atau pun Dewa Budjana yang diajak bekerjasama untuk mengasuransikan gitar paling favorit mereka. Pasti akan membuat sensasi di masyarakat. Pertanyaan sekarang, akankah sensasi itu akan berlaku efektif di dalam masyarakat kita. Jawabannya “ya.” Buktinya, tayangan artis dan selebritis di televisi masih menduduki peringkat teratas di masyarakat.
Selama ini, Bumiputera hanya masih berkutat bagaimana menggandeng para selebritis untuk memiliki premi asuransi semata. Berdasarkan berita-berita yang saya pantau dari situs berita bumiputera.com, artis dan aktor di Indonesia masih berkutat bagaimana mereka memiliki asuransi seprti “Maia: Bapak Saya juga Pemegang Polis Bumiputera,” kemudian “Ivan Gunawan: Maniak Asuransi,” dan “Titi DJ : Miliki 5 Polis Bumiputera.”
Memang sih bagus dibandingkan tidak ada sama sekali. Ini mampu menjelaskan ke publik bahwa para selebritis di Indonesia telah melek asuransi. Meskipun itu tidak menjadi sebuah sensasi yang mencengangkan masyarakat awam. Namun, saya melihat Bumiputera telah beberapa langkah lebih maju dibandingkan perusahaan asuransi lainnya.
Selain sebagai sensasi, saya berpandangan bahwa asuransi sebenarnya bisa dijadikan investasi. Kita mengetahui, bagaimana resiko berinvestasi di reksadana, saham, atau pun saham berjangka. Parah dan merugikan. Bayangkan saja, pada tanggal 1, harga saham masih Rp18.000, tanggal 5 bisa menjadi Rp10.000, parahnya lagi bisa jeblok hingga Rp3.000 dan tidak naik-naik.
Siapa yang rugi? Jelas investornya, pihak pialang saham hanya bisa bermain muka dan berkilah semata. “Namanya investasi juga bisa merugi,” demikian paling sering dituturkan para pialang saham.
Terus bagaimana solusinya? Menurut saya sih, solusi paling ama adalah berinvestasi dengan asuransi. Kenapa? Memang investasi di asuransi dinilai banyak kalangan tidak terlalu mengunungkan, tapi itu kadang mampu menjadi dewa penyelamat bagi uang kita. Sistem keuangan makro kini yang semakin tak menentu. Krisis ekonomi global di AS dan Eropa yang tak kunjung padam.
Jelas tak mau ambil resiko dung. Minimal dengan berinvestasi di asuransi, kita dapat menjaga finansial atau keuangan bagi masa depan kita. Jangan terbuai dengan janji keuntungan yang berlimpah tetapi justru menyesatkan. Paling aman, investasi uang kita untuk kesehatan kita dan orang yang kita sayangi, semua properti, dan masa depan kita dengan asuransi.
Untung saya masih punya referensi tentang asuransi sebagai investasi. Dalam situs, cyberwoman.cbn.net.id, mengungkapkan kini, fungsi asuransi sebagai penanggung risiko telah bergeser menjadi media investasi. Pengembangan produk asuransi yang ditujukan untuk investasi memang telah menjadi tuntutan masyarakat saat ini. Keinginan terhadap bukti yang instan dengan pengembalian dana yang besar ternyata dapat pula terpenuhi, sehingga asuransi tidak lagi dianggap sebagai bisnis jasa yang menjual janji.
Yang paling populer dalam investasi asuransi adalah unit link atau universal insurance. Kenapa? Unit link lebih menguntungkan karena bunganya relatif lebih tinggi ketimbang deposito dan tabungan.
Secara umum kharakteristik unit link berdasarkan obrolan bersama teman-teman saya yang menjadi agen asuransi menyebut ada beberapa ciri utama. Di antaranya adalah pilihan jenis investasi unit link yang beragam dan produk gabungan tidak dalam satu account tetapi berbeda.
Selain itu, ciri lainnya berdasarkan artikel yang diberikan teman saya, setiap pemegang polis mendapatkan laporan dari besarnya asuransi yang harus dibayarkan di tahun pertama serta hasil investasi yang diperoleh selama satu tahun berjalan. Kharakteristik yang adalah tingkat fleksibilitas yang ditawarkan untuk masyarakat bila membeli jenis produk ini.
Walaupun menurut pengamat Asuransi Munir Sjamsoeddin, dunia asuransi tidak terlepas dari bayang-bayang krisis ini, khususnya yang berbentuk unit link. Hal ini dikarenakan instrumen investasi dari asuransi unit link yang sebagian dananya disimpan dalam bentuk
investasi di bursa. Dia memprediksi pada 2009 ini, bahkan diprediksi prospek asuransi unit link akan tidak menjanjikan. Pasalnya, sumber investasi dana asuransi unit link seperti bursa ini sedang mengalami goncangan yang akibat pengaruh krisis ekonomi Amerika Serikat.
Asuransi yang berbasisi investasi pada 2009 akan redup, karena prospek investasi di bursa sedang turun. Asuransi unit link yang berbasis investasi sekarang mempunyai risiko yang besar. Bahkan asuransi unit link ini sebenarnya tidak pantas untuk disebut asuransi karena lebih menitikberatkan pada investasi daripada perlindungan diri.
Namun semuanya diserahkan kepada Anda. Saya sih bukan pengamat atau pelaku dunia asuransi. Tetapi kalau bisa menyarankan, Anda lebih baik berinvestasi di asuransi saja. Resikonya kecil. Uang pun dijamin kembali 100%. Lah, saya tidak pernah mendengar ada orang yang mengalami kerugian berinvestasi di asuransi.
kredit foto: perencanakeuangan.wordpress dan detikfinance
2 comments:
terima kasih, artikelnya sungguh bermanfaat. saya menjadi tercerahkan dengan dunia asuransi.....
wuih, ternyata asuransi juga memiliki sensasi, apanya ya....
Post a Comment