I. ILMU DAN FILSAFAT
Pengetahuan dimulai denga rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang ita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.
Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri: apakah sebenarnya yang asaya ketahui tentang ilmu? Apakah cirri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah? Mengapa kita mempelajari ilmu? Apakah kegunaannya sebenarnya?
Demikian juga berfilsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui: Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang seyogyanya saya ketahui dalam kehidupan ini? Dibatas manakah ilmu mulai dan di batas manakah dia berhenti? Kemanakah saya harus berpaling di batas ketidaktahuan ini? Apakah kelebihan dan kegunaan ilmu?
Apakah Filsafat?
Ada tiga karakteristik berpikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Yang kedua adalah sifat mendasar. Yang ketiga adalah sifat spekulatif.
Bidang Telaah Filsafat
Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai dengan fungsinya menjawab sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok: terjawab masalah yang satu, diapun mulai merambah pertanyaan lain.
Cabang-Cabang Filsafat
Cabang-cabang filsafat antara lain: Epistemologi ( filsafat pengetahuan ). 2. Etika ( fisalfat moral ). 3. Estetika ( Filsafat seni ). 4. Metafisika. 5.Politik ( filsafat pemerintahan ). 6 Filsafat Agama. 7. Filsafat ilmu 8. Filsafat pendidikan. 9 Filsafat Hukum. 10. Filsafat sejarah. 11. Filsafat matematika.
Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology ( filsafat pengetahuan ) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu ( pengetahuan ilmiah ). Filsafat ilmu merupakan telaah scara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti:
Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera yang membuahkan pengetahuan? Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan landasan ontologism
II. DASAR-DASAR PENGETAHUAN
2. Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai kegiatan berpikir, penalaran mempunyai irri-ciri tertentu yaitu: pertama, adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Atau dapat juga dikatakan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis. Ciri yang kedua adalah proses berpikirnya bersifat analitik.
Perasaan adalah suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran.
Intuisi adalah suatu kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri pada pola pikir tertentu.
3. Logika
Logika dapat di defenisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih. Logika ada dua yaitu: logika induksi dan logika deduksi. Logika Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari kasus yang bersifat individual. Sedangkan logika deduksi merupakan cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif menggunakan pola berpikir silogisme. Disusun dari dua buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan.
4. Sumber pengetahuan
Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme sedangkan mereka yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan empirisme.
Kaum rasionalis beranggapan bahwa pengetahuan didapatkan lewat penalaran rasional yang abstrak sedangkan kaum empirisme pengetahuan manusia didapatkan lewat bukti konkret. Selain rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Suatu masalah dalam pikiran namun menemui jalan buntu, tiba-tiba saja muncul di benak kita yang lengkap dengan jawabannya dan kita merasa yakin bahwa itulah jawabannya namun kita tidak bisa menjelaskan bagaimana caranya kita sampai kesana. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan.
Wahyu pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada para nabi dan rasul-rasulnya.
5. Kriteria Kebenaran
Paham Koherensi.
Sesuatu yang dianggap benar apabila pernyataan dan kesimpulan konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan yang terdahulu yang telah dianggap benar. Teori ini disebut teori koherensi. Atau dapat disimpulkan bahwa teori koherensi adalah suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar
Paham Korespondensi ( Bertrand Russell ( 1872-1970 )
Bagi penganut teori korespondensi, suatu pernyataan benar adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi ( berhubungan ) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Paham Pragmatisme ( Charles S. Peirce 1839-1914 ).
Bagi kaum pragmatisme kebenaran adalah suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.
III. ONTOLOGI : HAKIKAT APA YANG DIKAJI
6. Metafisika
Apakah hakikat kenyataan ini yang sebenar-benarnya? Metafisika dapat diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki apa hakikat dibalik alam nyata ini. Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.
7. Asumsi
Determinisme, probabilistik dan pilihan bebas merupakan permasalahan filsafati yang rumit namun menarik. Tanpa mengenal ketiga aspek ini akan sulit bagi kita untuk mengenal hakikat keilmuan dengan baik.
Paham determinisme dikembangkan oleh William Hamilton ( 1788-1856 ) dari doktrin Thomas Hobbes ( 1588-1679 ) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat universal. Aliran ini merupakan lawan dari fatalisme yang menyatakn bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib yang ditetapkan lebih dahulu.
8. Peluang
Berdasarkan teori keilmuan tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai suatu kejadian. Yang ada adalah kesimpulan yang probabilistik.
9. Beberapa asumsi dalam ilmu
Suatu permasalahan kehidupan tidak bisa dianalisis secara cermat dan saksama hanya oleh satu disiplin keilmuan saja. Dalam mengembangkan asumsi kita harus perhatikan beberapa hal. Pertama, asumsi ini harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis. Kedua, asumsi ini harus disimpulkan dari keadaan sebagaimana adanya bukan bagaimana keaadaan yang seharusnya. Asumsi yang pertama adalah mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi yang kedua adalah asumsi yang mendasari telaah moral.
10. Batas-Batas Penjelajahan Ilmu
Ilmu memulai penjelajahan pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu membatasi lingkup penjelajahanya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenaranya secara empiris.
IV. EPISTEMOLOGI : CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
11. Jarum Sejarah Pengetahuan
Konsep dasar pengetahuan waktu dulu adalah kriteria kesamaan bukan perbedaan. Tetapi setelah berkembangnya abad penalaran pada pertengahan abad ke 17 konsep dasarnya berubah dari kesamaan kepada perbedaan berbagai pengetahuan yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur kemasyarakatan. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan berdasarkan apa yang diketahuai, bagaimana cara mengetahui dan untuk apa pengetahuan itu dipergunakan.
12. Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu. Termasuk didalamnya adalah ilmu. Setiap jenis pengetahuan memiliki ciri-ciri yang spesifik mengenai apa ( ontologi ), bagaimana gaimana ( epistemologi ) dan untuk apa ( aksiologi ). Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita. Usaha untuk mengetahui gejala ualam sudah dimulai sejak dulu kala melalui mitos. Tahap selanjutnya yaitu dengan mengembangkan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis dan berakar pada pengalaman berdasarkan akal sehat yang didukung oleh metode mencoba-coba. Perkembangan ini menyebabkan tumbuhnya pengetahan yang disebut seni terapan. Akal sehat dan coba-coba mempunyai peranan penting dalam usaha manusia untuk menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam. Perkembangan selanjutnya adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis mempertanyakan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos. Lalu berkembang lagi kearah empirisme yang menyatakan bahwa pengetahuan yang benar itu didasarkan kepada kenyataan pengalaman.
13. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut yaitu: pertama, perumusan masalah, Kedua, Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara faktor yang saling mengait dan membentuk konstelasi permasalahan, ketiga. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara. Keempat, pengujian hipotesis. Kelima. Penarikan kesimpulan.
14. Struktur Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang di proses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan dan dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. Pada hakikatnya pengetahuan ilmiah mempunyai tiga fungsi yakni menjelaskan, merencanakan dan mengontrol. Sebuah teori pada umumnya terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Makin tinggi keumuman konsep maka makin tinggi teoritis konsep tersebut. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi atau secara idealnya harus bersifat universal. Dalam ilmu sosial untuk meramalkan menggunakan metode proyeksi, pendekatan struktural, analisis kelembagaan atau tahap-tahap perkembangan. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui dinamakan penelitan murni atau penelitian dasar. Sedangkan penelitian yang bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah yang telah diketahui untuk memecahkan masalah kehidpan yang bersifat praktis dinamakan penelitian terapan.
15. V. SARANA BERPIKIR ILMIAH
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan melakukan penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika, statistika.
16. Bahasa
Bahasa dapat dicirikan sebagai serangkaian bunyi, lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Rangkaian bunyi ini yang kita kenal sebagai kata melambangkan suatu obyek tertentu. Bahasa mengalami perkembangan oleh karena disebabkan pengalaman dan pemikiran manusia yang juga berkembang. Dengan bahasa manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang ia pikirkan kepada orang lain. Tanpa bahasa maka mustahil bisa berpikir secara teratur dan dengan bahasa kita bisa melanjutkan nilai-nilai kepada generasi berikutnya. Berbahasa dengan jelas adalah makna yang terkandung dalam kata-kata harus diungkapkan secara tersurat untuk mencegah pemberian makna yang lain. Berbahasa dengan jelas artinya juga mengungkapkan pendapat atau pikiran secara jelas.
Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran dalam mendapatkan pengetahuan tersebut
17. Matematika
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika mempunyai kelebihan dari bahasa verbal karena matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Dengan bahasa verbal hanya bisa mengemukakan peryataan yang bersifat kualitatif. Sifat kuantitatif dari matematika meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika berfungsi sebagai alat berpikir. Matematika secara garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.
Ada beberapa aliran dalam Filsafat Matematika antara lain: Aliran Logistik ( Immanuel Kant ) Aliran Intusionis ( Jan Brouwer ) dan Aliran Formalis ( David Hilbert ).
18. Statistika
Yang menjadi dasar teori statistika adalah peluang. Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik. Yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang sederhana, yakni semakin besar contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalitas antara dua faktor atua lebih bersifat kebetulan atau benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti dan bukan secara kebetulan.
VI. AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU
19. Ilmu dan Moral
Untuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan? Dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan? Kearah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan? Sejak pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah moral namun dalam perpektif yang berbeda. Sejak Copernikus ( 1473-1543 ) mengajukan teori tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa bumi yang berputar mengelilingi matahari dan bukan sebaliknya seperti apa yang diajarkan oleh ajaran agama maka disinilah timbul interaksi antara ilmu dan moral ( yang bersumbe dari ajaran agama ). Para ilmuan berusaha untuk menegakkan ilmu yang berdasarkan penafsiran alam sebagaimana semboyan : ilmu yang bebas nilai.
20. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan\
Secara historis fungsi sosial dari kaum ilmuwan telah lama dikenal dan diakui. Raja Charles II dari Inggris mendirikan the Royal Society yang bertindak selaku penawar bagi fanatisme di masyarakat waktu itu. Para ilmuwan pada waktu itu bersuara mengenai toleransi beragama dan pembakaran tukang-tukan sihir. Sikap sosial seorang ilmuwan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuwan yang dilakukan. Ilmu terbebas dari nilai. Ilmu itu sendiri netral dan para ilmuwanlah yang memberikan nilai. Dalam menghadapi masalah social, seorang ilmuwan yang mempunyai latarbelakang pengetahuan yang cukup harus menempatkan masalah tersebut pada proporsi ang sebenarnya dan menjelaskanya lepada masyarakat dalam bahasa yang dapat dicerna. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh seorang ilmuwan maka harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogiyanya mereka safari. Dibidang etika, tanggungjawab seorang ilmuwan bukan lagi memberikan informasi tetapi memberikan contoh.
21. Nuklir dan Pilihan Moralnya.
Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuanya untuk menindas bangsa lain meskipun yang menggunakan itu adalah bangsanya sendiri. Einstein waktu itu memihak Sekutu karena anggapanya bahwa sekutu mewakili aspirasi kemanusiaan. Jika sekutu kalah maka yang akan muncul adalah rezim Nazi yang tidak berperikemanusiaan. Untuk itu seorang ilmuwan tidak boleh berpaku tangan. Dia harus memilih sikap: berpihak kepada kemanusiaan atau tetap bungkam?. Seorang ilmuwan tak boleh memutarbalikan penemuwannya bila hipotesisnya yang dijunjung tinggi yang disusun diatas kerangka pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.
22.Revolusi Genética
Revolusi genética merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuan manusia sebab sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri. Memperlakukan manusia sebagai kelinci pencobaan adalah sikap yang tidak bermoral dan bertentangan dengan hakikat ilmu.
VII. ILMU DAN KEBUDAYAAN
23. Manusia dan Kebudayaan
Kebudayaan didefenisikan pertama kali oleh EB. Taylor pada tahun 1871 dimana dalam bukunya primitive culture, kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Yang menjadi dasar dari kebudayaan adalah nilai. Disamping nilai ini kebudayaan diwujudkan dalam bentuk tata hidup yang merupakan kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang di kandungnya. Pada dasarnya tata hidup merupakan pencerminan yang konkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak: kegiatan manusia ini dapat ditangkap oleh pancaindera sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh budi manusia. Disamping itu nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang oleh sarana kebudayaan.
24. Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Ilmu merupakan pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Dalam rangka pengembangan kebudayaan ilmu mempunyai peranan ganda. Pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terlenggaranya pengembangan kebudayaan nasional. Kedua, ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Dua dasar moral bagi kaum ilmuwan adalah meninggikan kebenara dan pengabdian secara universal. Tujuh nilai ilmiah yang terpancar dari hakikat keilmuwan yakni: kritis, rasional, logis, obyektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal. Peranan ketujuh nilai ini adalah dalam hal bangsa mengahadapi permasalahan dalam bidang politik, ekonomi dan kemasyarakatan membutuhkan pemecahan permasalahan secara kritis, rasional, logis dan terbuka. Sedangkan sifat menjunjung kebenaran dan pengabdian universal akan merupakan aktor yang penting dalam pembinaan bangsa dimana seseorang lebih menitikberatkan kebenaran untuk kepentingan golongan dibandingkan kepetingan golongan. Bukan saja seni namun ilmu dalam hakikatnya yang murni bersifat mempersatukan.
25. Dua Pola Kebudayaan.
Ada dua pola kebudayaan yang terbagi kedalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Raiso de’etre yang menjadi argumentasi pembagian jurusan ini adalah asumsi yang pertama mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam pendidikan matematika yang mengharuskan kita mengembangakan pola pendidikan yang berbeda pula. Asumsi yang kedua adalah yang menganggap bahwa ilmu sosial kurang memerlukan pengetahuan matematika. Asumsi kedua ini sekarang ini tidak relevan lagi karena pengembangan ilmu sosial membutuhkan bakat-bakat matematika yang baik untuk menjadikanya pengetahuan yang bersifat kuantitatif.
VIII. ILMU DAN BAHASA
26. Tentang Terminologi: Ilmu, Ilmu Pengetauan dan Sains
Seluruh bentuk dapat digolongkan dalam kategori ketahuan ( knowledge ) di mana masing-masing bentuk dapat di cirikan oleh karakter obyek ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologi masing-masing. Salah satu bentuk knowledge ditandai dengan: 1. Obyek Ontologis yaitu pengalaman manusia yakni segenap ujud yang dapat dijangkau lewat pancaindra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra; 2. Landasan epistemologis yaitu metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis atau yang disebut logico-hyphotetico-verifikasi; 3. Landasa aksiologi: kemaslahatan manusia artina segenap ujud ketahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.
27. Quo Vadis?
Terminologi Ilmu untuk science dan pengetahuan untuk knowledge. Secara defacto dalam kalangan dunia keilmuwan terminology ilmu sudah sering dipergunakan seperti dalam metode ilmiah dan ilmu-ilmu social atau ilmu-ilmu alam. Adapun kelemahan dari pilihan ini ialah bahwa kita terpaksa meninggalkan kata ilmu pengetahuan dan hanya menggunakan kata ilmu saja untuk sinonim science dalam bahasa inggris. Alternatif pertama menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan pengetahuan untuk knowledge
28. Politik Bahasa Nasional
Bahasa mempunyai dua fungsi yang pertama sebaga sarana komunikasi dan kedua sebagai sarana budaya yang mempersatukan kelompok manusia yang mempergunakan bahasa tersebut. Fungsi pertama dapat disebut sebagai fungsi komunikatif dan fungsi kedua sebagai fungsi kohesif atau integratif. Pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dengan alasan utama yaitu fungsi kohesif bahasa Indonesia sebagai sarana yang mengintegrasikaan berbagai suku kedalam satu bangsa yakni Indonesia
IX. PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH
29. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah
Langkah pertama dalam penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah yang berisi: latarbelakang dari suatu masalah. Kemudian melakukan identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Langkah kedua yaitu : pengajuan Hipotesis. Dalam hipotesis mengkaji mengenai teori-teori ilmiah yang dipergunakan dalam analisis, pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan, penyusunan kerangka berpikir dengan mempergunakan premis-premis dan menyatakan secara tersurat postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan, lalu merumuskan hipotesis. Setelah melakukan perumusan hipotesis maka langkah berikutnya menguji hipotesis secara empiris melalui penelitian dan kemudian hasil penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut: 1. menyatakan variabel-variabel yang diteliti. 2. Menyatakan teknik analisa data. 3. Mendeskripsikan hasil analisis data. 4. memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data. 5. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima. Langkah selanjutnya setalah kegiatan laporan hasil penelitian adalah Ringkasan dan Kesimpulan. Kesimpulan pengujian hipotesis dikembangkan menjadi kesimpulan penelitian yang ditulis dalam bab tersendiri. Kesimpulan penelitian ini merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan penelitian. Seluruh laporan penelitian disarikan dalam sebuah ringkasan yang disebut abstrak. Dalam laporan penelitian dilampirkan daftar pustaka dan riwayat hidup peneliti.
30. Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan serta teknik notasi. Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif artinya bahwa sipenerima pesan mendapatkan kopi yang benar-benar sama dengan prototipe yang disampaikan sipemberi pesan. Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal dimana berbeda dengan tokoh dalam sebuah novel yang bisa berupa aku dan dia atau doktor faust. Kata ganti perorangan hilang dan diganti universal yakni ilmuwan. Pembahasan secara ilmiah mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebagai premis dalam argumentasi kita. Pernyataan ilmiah yang kita gunakan harus mencatat beberapa hal yakni kita identifikasi orang membuat pernyataan tersebut, media komunikasi ilmiah dimana pernyataan tersebut di sampaikan, lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan dilakukan.
31. Teknik Notasi Ilmiah
Kalimat yang kita kutip harus dituliskan sumbernya secara tersurat dalam catatan kaki. Catatan kaki mulai langsung dari pinggi atau dapat dimulai setelah beberapa ketukan tik dari pinggir asalka dilakukan secara konsisten. Nama pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang hanya ditulis nama pertama ditambah kata et al. Kutipan yang diambil dari halaman tertentu disebutkan halamanya dengan singkatan p ( pagina ) atau hlm. ( halaman ). Jika kutipan itu disarikan dari beberapa halaman maka dapat ditulis pp.1-5 atau hlm 1-5. jika nama pengaranganya tidak ada langsung dituliskan nama bukunya atau Anom ( anoniymous ) didepan nama buku tersebut. Sebuah buku yang ada diterjemahkan harus ditulis baik pengarang maupun penterjemah bukut tersebut sedangkan kumpulan karangan cukup disebutkan nama editornya. Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama dilakukan dengan memakai notasi op.cit ( opere citato: dalam karya yang telah dikutip ), loc. cit ( loco citato: dalam tempat yang telah dikutip dan ibid ( ibidem : dalam tempat yang sama ).
No comments:
Post a Comment