Saturday, July 31, 2010

Hadist Tentang Shalat Malam

Suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya.” (Muttafaqun ‘alaih).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang diantara kalian dengan tiga ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): 'Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.' Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih).” (Muttafaqun ‘alaih)

Suatu ketika Abu Dzar Al Ghiffari melihat Rasulullah SAW shalat malam. Ia pun segera bermakmum padanya. Pada rakaat pertama, Rasul membaca QS Al Baqarah dari awal. Beliau terus membacanya sampai ratusan ayat.
"Mungkin beliau akan sujud pada ayat yang ke dua ratus," demikian pikir Abu Dzar. Ketika tiba di ayat 200 dan ada jeda, Abu Dzar bersiap untuk ruku. Ternyata, Rasul meneruskan bacaannya.

Maka Abu Dzar membatalkan rukunya. "Mungkin beliau akan ruku setelah Al Baqarah ini selesai," demikian pikir Abu Dzar berikutnya. Maka setelah QS Al Baqarah selesai dibaca (286 ayat), Abu Dzar kembali bersiap untuk ruku. Ternyata, Rasul meneruskan membaca QS Ali Imran.

Maka Abu Dzar membatalkan rukunya. "Mungkin beliau akan ruku setelah selesai membaca Ali Imran," pikir Abu Dzar kembali. Maka ketika Rasul selesai membaca QS Ali Imran (200 ayat), Abu Dzar kembali bersiap untuk ruku. Ternyata, Rasul meneruskan membaca QS An Nisaa'.

Akhirnya setelah QS An Nisaa' selesai dibaca (176 ayat), Rasul bertakbir lalu ruku. Maka Abu Dzar mengikutinya. "Dan rukunya beliau hampir sama lamanya dengan berdirinya," ungkap Abu Dzar. Pada saat berdiri di rakaat pertama tersebut Rasul membaca 762 ayat. Sungguh
luar biasa!

Diriwanyaatkan dari Aisyah RA :
‘Sungguh Nabi SAW shalat malam hingga merekah kedua telapak kakinya. Aisyah berkata kepada beliau :”Mengapa engkau melakukan hal ini, wahai Rosulullah, padahal Allah SWT telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?”, Beliau menjawab, “Apa aku tidak ingin menjadi hamba yang bersyukur?” (HR Bukhori dan Muslim)

Abu Abdurrahman as-Salmi rhm. berkata, "Tatkala ayat dari surah Muzzammil diturunkan, Rasulullah saw. dan para sahabatnya melaksanakan salat malam selama setahun hingga kaki mereka bengkak-bengkak. Lalu, Allah menurunkan ayat-Nya, yang artinya, "Sesungguhnya Rabmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (salat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan, Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Alquran dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat….”(Al-Muzzammil: 20).

Allah SWT menjadikan salat malam sebagai sekolah bagi jiwa dan obat jiwa dan fisik. Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Hendaknya kalian mengerjakan salat malam karena ia merupakan kebiasaan orang saleh sebelum kalian, pendekatan kepada Rab kalian, pencegahan dari perbuatan dosa, menghapus kesalahan dan mengusir penyakit dari tubuh."

Seorang hamba yang melaksanakan salat malam di sepertiga malam yang terakhir, berdiri dan duduk, ruku dan sujud, berdoa dan merendahkan diri, menangis dan bertobat, maka Allah pada waktu itu akan memandang kepadanya dengan pandangan rahmat, waktu ketika Allah Azza wa Jalla turun ke langit dunia dan berfirman, "Siapa yang meminta, Aku beri. Siapa yang meminta ampunan, Aku beri ampunan. Siapa yang bertobat, Aku terima tobatnya. Siapa yang berdoa, Aku penuhi doanya." Itulah waktu di akhir malam di waktu sahur, waktu turunnya rahmat dan mengandung banyak keberkahan. Allah menerima tobat orang yang bertobat kepada-Nya, mengabulkan orang yang berdoa kepada-Nya, memberi orang yang meminta-Nya, siapa yang mendekat kepada-Nya sejengkal, Ia akan mendekat kepada orang itu sehasta. Bila ia mendekat kepada Allah sehasta, Allah akan mendekat kepadanya sedepa. Dan, siapa yang datang kepada-Nya dengan berjalan, Allah akan mendatangi orang itu dengan berjalan dengan bergegas.

Rasulullah saw. memerintahkan kepada para sahabatnya agar melaksanakan salat malam. Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Saya adalah pemuda bujangan. Saya tidur di masjid, lalu saya bermimpi didatangi dua orang malaikat dan membawaku ke neraka dan ia seperti sumur yang dilipat. Dan, mendadak kedua malaikat itu menghubungkannya seperti dua tanduk sumur. Maka aku mendapati di dalamnya manusia yang aku mengenal mereka, lalu aku berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari api neraka. Aku berlindung kepada Allah dari api neraka." Kedua malaikat itu lalu berkata, "Engkau tidak akan takut … engkau tidak akan takut." Peristiwa ini lalu aku ceritakan kepada Hafsah, dan ia kemudian menceritakannya kepada Rasulullah saw., lalu Rasulullah saw. bersabda, "Sebaik-baik orang adalah Abdullah, bila ia melakukan salat malam. Maka, setelah itu Abdullah bin Umar tidak meninggalkan salat malam. Ia tidak tidur malam kecuali hanya sedikit karena Allah Azza wa Jalla memuji atas orang yang zuhud terhadap dunia dan menghabiskan waktunya untuk Rabnya. Ia menyendiri dengan Allah dalam kegelapan malam ketika mata manusia telah terpejam, gerakan telah diam, dan suara telah sunyi. Ia mneyendiri bersama Rab Azza wa Jalla. Maka Allah SWT berfirman, "(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." (Ali Imran: 17). Allah mengenakan kepada mereka cahaya dari cahaya-Nya, memberikan kepada mereka mahabah (kewibawaan) di hati para makhluk dan menjadikan ucapan dan perbuatannya manis dan diterima manusia. Itulah para sahabat Muhammad saw. Mereka perutnya kosong karena lapar dan matanya kabur karena tidak tidur. Mereka sujud dan ruku kepada Rabnya di waktu malam.

Muadz bin Jabal r.a. berkata, "Kami datang dari Perang Tabuk, lalu saya melihat Rasulullah saw. tengah sendirian, Lalu aku mendatangi beliau dan berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku amal perbuatan yang bisa mendekatkan diriku kepada surga." Rasulullah saw. bersabda, "Bagus … bagus … sesungguhnya engkau telah bertanya tentang sesuatau yang besar dan sesungguhnya itu adalah kemudahan bagi yang dimudahkan oleh Allah. Engkau melaksanakan salat yang ditetapkan (salat wajib), menunaikan zakat yang diwajibkan, menjumpai Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, melaksanakan salat malam karena salat seseorang dalam sepertiga akhir dari malam akan menghapus kesalahan, bukankah aku telah menunjukkan kepadamu atas tiang itu semua, salat adalah cahaya dan sedekah adalah bukti."

Rasulullah saw. memerintahkan kepada Mu'adz bahwa bila ia menginginkan surga, hendaknya ia melaksanakan salat malam. Dan Mu'adz pun melaksanakan wasiat tersebut, ia melakukan salat malam dan berkata, "Ya Allah, bintang-bintang telah terbenam, mata telah tenang, dan Engkau Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak tidur. Ya Allah, sesungguhnya permintaanku kepada surga pelan dan lariku dari api neraka lemah, maka berilah aku petunjuk dari sisi-Mu yang engkau benamkan untukku hingga hari kiamat, sesungguhnya Engkau tidak menyelisihi janji." Mu'adz kemudian membiasakan salat malam, melaksanakan wasiat Rasulullah saw. Ketika kematian datang kepadanya, ia berkata, "Selamat datang kematian. Ya Allah, sesungguhnya saya takut kepadamu dan hari ini saya mengharap kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui saya tidak senang tetap berada di dunia untuk menggali sungai atau menanam tumbuhan, tetapi saya ingin tetap tinggal di dunia untuk merasakan dahaga di panas yang terik, tidak tidur di waktu malam, dan berada dalam lingkaran ilmu bersama para ulama." Itulah sahabat Rasululullah saw., Mu'adz bin Jabal r.a.

Diriwayatkan dari Abu Malik Al Asy’ari RA bahwasanya Rosulullah SAW pernah bersabda :
“Sungguh dalam surga terdapat kamar-kamar yang bagian dalamnya terlihat dari luar dan bagian luarnya terlihat dari dalam. Kamar-kamar itu Allah sediakan untuk orang yang memberi makan, melembutkan perkataan, mengiringi puasa Ramadhan, menebar salam dan asyik shalat malam di saat manusia terlelap tidur”. (HR. Ahmad, Ibnu hibban dan At-tirmidzi)

Abu Hurairah r.a. pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla membenci setiap ja'dhari jawwath (orang yang keras, kasar, pelahap dan berjalan dengan sikap sombong), yang berteriak di pasar, menjadi bangkai di malam hari dan menjadi keledai di siang hari, mengetahui perkara dunia bodoh terhadap urusan akhirat."

Rasulullah SAW bersabda :”Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Muharam, bulannya Allah. Sedangkan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”. (HR. Muslim)

Bersabda Rosulullah SAW :
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )

Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada wajahnya dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun untuk shalat malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya disiram air.” (HR Abu Daud)

Bersabda Nabi SAW :
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan (perempuan/laki-laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)

Rasulullah SAW bersabda, ''Wahai Muhammad, hiduplah sesukamu, sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah siapa saja yang kamu kehendaki, sesungguhnya kamu akan berpisah dengannya. Dan, berbuatlah sesukamu, sesungguhnya kamu akan mendapat balasan atas perbuatan itu.'' Lalu, ia berkata, ''Wahai Muhammad, kemuliaan orang yang beriman terletak pada shalat malam. Kemuliaannya jika terletak pada terlepasnya ia dari ketergantungan terhadap manusia.'' (HR Ahmad, Ibnu Khuzaimah, dan Baihaqi).

Jangan Putus ASA SAUDARAKU

Jangan pernah putus asa, Allah sangat mengerti akan keadaan hamba-Nya. Tidak semua apa yang diminta akan dikabulkan, bisa jadi itu ditunda atau akan dibalas secara sempurna di akhirat.

Meskipun jalan keluar itu belum menampakkan hasil. Yakinlah, janji Allah itu benar dan pasti...


Perkuat keimanan kita.

Keyakinan kita akan iman, akan melahirkan keajaiban yang sangat luar biasa. Dari Abdurrahman bin Abi Laila dari Shuhaib, ia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukin, semua urusan baik baginya dan kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Imam Muslim)

Ini adalah modal. Kita harus mempercayai sesuatu yang kadang di luar nalar kita. Mengapa kita harus berzakat, mengapa juga kita berinfaq? Berkurang dong harta kita. Secara matematis memang demikian. Tapi dari segi keimanan akan menjadi hal yang lain. Justeru harta kita bertambah.

Tingkatkan ketaqwaan kita

"...Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath Thalaaq : 2-3)


Kita dekatkan diri kita yang sedekat-dekatnya kepada Allah..


“Dari Abu Hurairah radhiAllohu ‘anhu ia berkata: telah bersabda Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Alloh telah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi Waliku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya, dan tidaklah seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dariKu pasti Aku akan melindunginya”.

Hadits ini dirawikan Imam Bukhary dalam kitab shahihnya, hadits no: 6137.

Doa Sesudah Shalat Istikharah

Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengajari kami shalat Istikharah untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana mengajari surah Al-Quran. Beliau bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaknya melakukan shalat sunnah (Istikharah) dua rakaat, kemudian bacalah doa ini:


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ


“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebut persoalannya) lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau -Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: …di dunia atau akhirat- sukseskanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaanMu kepadaku.” HR. Al-Bukhari 7/162.

Doa Sesudah Shalat Istikharah

Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengajari kami shalat Istikharah untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana mengajari surah Al-Quran. Beliau bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaknya melakukan shalat sunnah (Istikharah) dua rakaat, kemudian bacalah doa ini:


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ


“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebut persoalannya) lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau -Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: …di dunia atau akhirat- sukseskanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaanMu kepadaku.” HR. Al-Bukhari 7/162.

Doa Sesudah Shalat Istikharah

Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam mengajari kami shalat Istikharah untuk memutuskan segala sesuatu, sebagaimana mengajari surah Al-Quran. Beliau bersabda: “Apabila seseorang di antara kamu mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaknya melakukan shalat sunnah (Istikharah) dua rakaat, kemudian bacalah doa ini:


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ -أَوْ قَالَ: عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ- فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ


“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebut persoalannya) lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku atau -Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: …di dunia atau akhirat- sukseskanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan untukku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaanMu kepadaku.” HR. Al-Bukhari 7/162.

Di ikat dan dikencingi oleh Syetan

Mengapa kita menganggap dengan shalat malam akan menyebabkan kita ngantuk saat beraktifitas di pagi hari, padahal bukankah :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan: “Setan mengikat pada tengkuk setiap orang diantara kalian dengan tiga ikatan (simpul) ketika kalian akan tidur. Setiap simpulnya ditiupkanlah bisikannya (kepada orang yang tidur itu): 'Bagimu malam yang panjang, tidurlah dengan nyenyak.' Maka apabila (ternyata) ia bangun dan menyebut nama Allah Ta’ala (berdoa), maka terurailah (terlepas) satu simpul. Kemudian apabila ia berwudhu, terurailah satu simpul lagi. Dan kemudian apabila ia sholat, terurailah simpul yang terakhir. Maka ia berpagi hari dalam keadaan segar dan bersih jiwanya. Jika tidak (yakni tidak bangun sholat dan ibadah di malam hari), maka ia berpagi hari dalam keadaan kotor jiwanya dan malas (beramal shalih).” (Muttafaqun ‘alaih)

Hina sekali keadaan kita jika sampai dikencingi oleh syetan? Apakah kita akan terus dikencingi oleh syetan setiap hari?

Suatu hari pernah diceritakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang tidur semalam suntuk tanpa mengingat untuk sholat, maka beliau menyatakan: “Orang tersebut telah dikencingi setan di kedua telinganya.” (Muttafaqun ‘alaih).

Shalat malam memiliki pengaruh yang sangat mendalam bukan hanya untuk jiwa saja, tetapi tubuh kita jadi segar bugar, menjadi sehat, bahkan dalam hadits yang lain akan terhindar penyakit,

Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Hendaknya kalian mengerjakan salat malam karena ia merupakan kebiasaan orang saleh sebelum kalian, pendekatan kepada Rab kalian, pencegahan dari perbuatan dosa, menghapus kesalahan dan mengusir penyakit dari tubuh."

AYO Bangun Tuk Salat Tahajud

A. Persiapan Umum

1. Memelihara keinginan untuk senantiasa bangun malam, perkuatkan niat untuk bangun malam sebelum tidur.
2. Jangan makan terlalu banyak makan yang akan membuat perut terasa kenyang dan mengantuk.
3. Mengusahakan tidur pada siang hari beberapa saat.
4. Menjaga pandangan.
5. Menjaga diri dari berbuat maksiat.
6. Melaksanakan shalat fardhu (diutamakan shalat berjamaah di masjid), iringi dengan mengerjakan shalat rawatib.
7. Berinteraksi dengan orang-orang yang dapat membuat kita ingat kepada Allah

B. Persiapan Menjelang Tidur

Setelah melaksakanakan shalat isya (diutamakan berjamaah di masjid bagi laki-laki), lakukan aktivitas seperlunya yang bermanfaat dan diridhoi Allah. Upayakan jangan terlalu malam untuk beranjak tidur (kecuali dalam hal-hal yang baik).
“Bahwasanya Rasulullah saw membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebelum tidur bila memungkin lakukan hal berikut:

1. berwudhu’ terlebih dahulu,
Rasulullah saw bersabda kepada Al-Barra’ bin Azib: “Jika engkau akan pergi ke tempat tidurmu, hendaklah engkau berwudhu seperti wudhu untuk sholat.” (Muttafaq Alaih).
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Bukhari)

2. bila memungkin lakukan shalat sunnah dua rakaat dan bila khawatir bangun menjelang adzan shubuh yang menyebabkan tidak melaksanakan shalat malam laksanakan shalat witir 3 atau 1 rakaat.
3. upayakan untuk senantiasa mengevaluasi diri atas apa yang telah dikerjakan sebelumnya.
4. membersihkan tempat tidur
“Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan ‘bismillah’, karena ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan Abu Dawud).

5. Pasang Alarm (Siapa ya yang akan bangun duluan, alarm atau kita?)

6. Lakukan tidur dengan posisi tubuh miring ke kanan

Sabda Rasulullah saw kepada Al-Barra’ bin Azib: “Jika engkau akan pergi ke tempat tidurmu, hendaklah engkau berwudhu seperti wudhu untuk sholat, kemudian tidurlah di atas lambung kananmu.” (Muttafaq Alaih).

“Rasulullah saw apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Dari Al Barra' bin Azib ra berkata, "Apabila Rasulullah saw berada pada tempat tidurnya dan akan tidur maka beliau miring ke sebelah kanan, kemudian membaca: "Allahumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhi ilaika wafawwadhtu amrii ilaika wa alja'tu zhahrii ilaika raghbatan warahbatan ilaika laa malja-a walaa manja-a minka illaa ilaika. Aamantu bikitaabikalladzii anzalta wanabiyyikal ladzii arsalta (Wahai Allah, saya menyerahkan diriku kepada-Mu, menghadapkan mukaku kepada-Mu, menyerahkan semua urusanku kepada-Mu, dan menyandarkan punggungku kepada-Mu dengan penuh harapan dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman dengan kitab yang Engkau turunkan dari nabi yang Engkau utus." (HR. Bukhari).

Abu Huraira ra berkata, Rasulullah saw melewati orang yang sedang tidur dengan posisi tengkurap, beliau membangunkan orang itu dengan kakinya dan berkata, “Ini adalah posisi yang tidak disukai Allah.” (HR. Ahmad).

“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR. Abu Dawud)

7. membaca do'a sebelum tidur,

Rasulullah saw jika mau tidur berdoa, " Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa" (Dengan nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup), bila bangun tidur berdoa," Alhamdulillahillazi ahyana ba'da maa ama tanaa wa ilayhinnusur." (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepada-Nya kami kembali." (HR. Muslim).

Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abu Thalib dan Fatimah yang meminta pembantu kepada beliau, “Maukah kalian berdua aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kalian berdua minta? Kalian berdua hendak tidur, bacalah tasbih (subhanallah) sebanyak tiga puluh kali, bacalah hamdalah (alhamdulillah) sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bacalah takbir (Allahu Akbar) sebanyak tiga puluh empat kali. Itu semua lebih baik bagi kalian berdua dari pada pembantu. (HR. Muslim)

Kemudian membaca surat Al Fatihah, lima ayat pertama surat Al Baqarah, ayat kursi, dan surat Al-Baqarah 2 ayat terakhir (2: 285-286).

Rasulullah saw membaca doa terakhir sebelum tidur : Bismikarabbii wa dho’tu jambii wa bika arfa’uhu in amsakta nafsii farhamhaa wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazha bihi ‘ibaadakasshaalihiin (Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi).


C. Ketika Bangun Malam

1. Membaca do’a bangun tidur dan dilanjutkan dengan membaca QS. Ali Imran dari ayat 190 sampai akhir surat.
2. Segera berwudhu, jangan lupa bersiwak (menggosok gigi)
3. lakukan shalat dua rakaat yang ringan (pendek)
4. bangunkan keluarga, tetangga dan teman
5. jika mengantuk jangan lakukan shalat, tidurlah sesaat.
6. Manfaatkan malam untuk shalat, tilawah (membaca Al Qur’an), berdzikir, beristighfar, dan panjatkan doa sesuai dengan keinginan masing-masing (tentu permohonan yang baik bagi kehidupan di dunia dan akhirat)
7. Jangan lupa shalat Shubuh.

Shalat Malam di Bulan Ramadhan

Keutamaan Melaksanakan Shalat Malam di Bulan Ramadhan

1. Telah diriwayatkan di dalam dua hadits, yang pertama dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: “Rasulullah SAW mendorong (mereka) untuk mendirikan shalat malam di bulan ramadhan tanpa benar-benar memerintahkannya. Kemudian beliau SAW berkata:

من قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه

“Barangsiapa yang mendirikan Qiyam di bulan Ramadhan dengan iman dan mengharapkan pahala, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Lalu Rasulullah SAW meninggal dan perkara tersebut tetap dalam keadaan demikian. Kemudian keadaan ini berlanjut di masa Khalifah Abu Bakar ra. dan kemudian Khalifah Umar bin Khaththab ra.

Hadits kedua adalah dari ‘Amr bin Murrah al-Juhane, dia berkata:
“Seorang laki-laki dari Quda’ah mendatangi Rasulullah SAW dan berkata kepadanya: ‘Ya Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan engkau adalah Rasul Allah, dan jika aku shalat lima waktu dan berpuasa dan shalat malam di bulan Ramadhan, dan membayarkan zakat?”

Nabi SAW bersabda:

من مات على هذا كان من الصديقين والشهداء

“Barangsiapa yang melakukan yang demikian, akan berada diantara para shiddiqin dan Syuhada.”


Lailatul Qadr dan Waktunya

2. Malam terbaik di bulan Ramadhan adalah Lailatul Qadr, berdasarkan sabda Nabi SAW:

من قام ليلة القدر ( ثم وُفقَتْ له ) ، إيماناً واحتساباً ، غُـفِـرَ له ما تقدم من ذنبه

“Barangsiapa yang melaksanakan shalat malam di malam Lailatul Qadr (kemudian disertai) dengan iman dan berharap ganjaran, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

3. Lailatul Qadr terjadi pada malam ke dua puluh tujuh Ramadhan, menurut pendapat yang paling kuat. Mayoritas hadits sejalan dengan ini, termasuk hadits dari Zur bin Hubasyh yang berkata: “Aku mendengar Ubay bin Ka’ab ra ketika dikatakan kepadanya bahwa Abdullah bin Mas’ud ra berkata:
‘Barangsiapa yang shalat malam selama setahun akan mendapati Lailatul Qadr’, dia (Ubay bin Ka’ab) berkata:

“Semoga Allah merahmatinya, maksudnya adalah agar orang-orang tidak menjadi malas dan hanya bergantung (kepada satu malam saja). Demi Dzat yang tidak ada yang patut disembah bersama-Nya, sesungguhnya ia (lailatul qadr) adalah di bulan Ramadhan. Dan Demi Allah, aku tahu di malam apa Lailatul Qadr itu. Itu adalah di malam Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami untuk mendirikan Qiyamul Lail. Itu di malam keduapuluh tujuh. Tandanya adalah matahari terbit keesokan harinya dengan terang tanpa kabut.”
Dalam satu riwayat atsar ini dinisbatkan secara marfu’ kepada Nabi SAW.


Pensyariatan Pelaksanaan Shalat Malam secara Berjama’ah

4. Melaksanakan shalat malam secara berjama’ah disyariatkan di bulan Ramadhan. Bahkan hal ini lebih baik daripada shalat sendirian karena Nabi SAW sendiri melakukannya dan karena menjelaskan keutamaannya dalam sabdanya, sebagaimana yang terdapat dalam hadits Abu Dzar ra yang berkata:
“Kami berpuasa Ramadhan bersama Rasulullah, namun beliau tidak mengimami kami berjama’ah pada shalat malam di bulan manapun sampai hanya tersisa tujuh hari, maka beliau mengimami kami dalam Shalat Malam sampai lewat sepertiga malam. Ketika malam keenam (yang tersisa) beliau tidak mengimami kami shalat. Ketika malam (terakhir) kelima tiba, beliau mengimami kami shalat sampai lewat tengah malam. Maka aku berkata, “Ya Rasulullah! Bolehkan kami menghabiskan malam ini dengan shalat?” Beliau
bersabda:

إن الرجل إذا صلى مع الإمام حتى ينصرف حُسِبَ له قيام ليلة

“Sungguh apabila seseorang shalat dengan imam sampai dia selesai, maka terhitung baginya dia telah shalat sepanjang malam.”

Kemudian pada malam keempat, beliau tidak melakukan shalat malam (secara berjama’ah). Pada malam ketiga (yakni malam ke 27), beliau SAW mengumpulkan keluarganya, isteri-isterinya dan orang-orang dan memimpin kami shalat malam sampai kami takut kami ketinggalan falah.” Aku berkata:
“Apakah falah itu?” Abu Dzar berkata, “Sahur.” Kemudian beliau tidak mengimami kami pada sisa malam lainnya.”

Alasan mengapa Nabi SAW tidak melanjutkan shalat malam secara berjama’ah:

5. Nabi SAW tidak melanjutkan shalat Tarawih secara berjama’ah untuk malam-malam lainnya hanya karena khawatir bahwa Shalat Malam akan diwajibkan atas mereka pada bulan ramadhan, dan akhirnya mereka tidak dapat melakukannya. Hal ini dinyatakan di dalam hadits Aisyah radhillahu anha yang ditemukan dalam kedua kitab shahih dan kitab-kitab lainnya. Namunkekhawatiran ini berakhir dengan kematian beliau SAW, setelah Allah menyempurnakan syariat Islam. Dan oleh karenanya pengaruh yang diakibatkan dari kekhawatiran ini, yakni meninggalkan Shalat Malam secara berjama’ah di bulan Ramadhan juga berakhir. Dan hukum sebelumnya tetap berlaku, yakni keabsahan pelaksanaan Shalat Malam secara berjama’ah. Itulah sebabnya mengapa Umar ra melaksanakannya kemudian, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan kitab-kitab lainnya.


Download eBook:
1. Shalat Malam di Bulan Rmaadhan
2. Teks Bahasa Arab
sumber: raudhatulmuhibbin.org

Ayo Berlatih Khusyu' Ketika Salat Malam

Hudzaifah pernah berkata: Apa yang pertama hilang dari agama kalian adalah khusyu', dan apa yang paling akhir hilang dari agama kalian adalah sholat, banyak orang sholat tapi tidak ada kebaikan pada mereka, kalian nanti akan masuk masjid dan tidak ada lafi orang khusyu'" (al-Madarij 1/521).
Allah berfirman :
حَـٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٲتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَـٰنِتِينَ.
Peliharalah segala shalat [mu], dan [peliharalah] shalat wusthaa [1]. Berdirilah karena Allah [dalam shalatmu] dengan khusyu’. (al-Baqarah: 238)
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Dan mintalah pertolongan [kepada Allah] dengan sabar dan [mengerjakan] shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (al-Baqarah: 45)

Khusyu' merupakan kekuatan sholat. Tanpa khusyu' sholat seakan tidak mempunyai makna bagi pelakunya, karena sholat hanya berupa aktifitas fisik yang rutin, tanpa kenikmatan dan tanpa rasa hidmat di dalamnya.

Menghancurkan dan merusak kekhusyu'an dalam sholat adalah salah satu misi syetan di dunia ini. Firman Allah dalam menceritakan misi syetan tersebut:
ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17)
Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur [ta’at]. (al-A'raaf: 17)

Rasulullah s.a.w. bersabda
قال النبي صلى الله عليه وسلم ( أول شيء يرفع من هذه الأمة الخشوع ، حتى لا ترى فيها خاشعا .)
Yang pertama akan hilang ari umatku adalah khusyu', hingga kalian tidak lagi melihat orang khusyu'. (H.R. Tabrani. Sahih)
Hudzaifah pernah berkata: Apa yang pertama hilang dari agama kalian adalah khusyu', dan apa yang paling akhir hilang dari agama kalian adalah sholat, banyak orang sholat tapi tidak ada kebaikan pada mereka, kalian nanti akan masuk masjid dan tidak ada lafi orang khusyu'" (al-Madarij 1/521).

Maka khsyu' ini juga merupakan salah satu sifat orang beriman. Allah berfirman:
{ قد أفلح المؤمنون الذين هم في صلاتهم خاشعون }
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (1) [yaitu] orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.
Ibnu Katsir mengatakan: khusyu' adalah tidak bergerak, tenang, penuh tawadlu' karena disebabkan takut kepada Allah dan perasaan diawasi Allah. Khusyu' adalah sadarnya hati seakan berdiri di depat Allah dengan penuh penghormatan, pengabdian. (al-Madarij 1/520).

Tempat khusyu' adalah di dalam hari dan membekas ke seluruh tubuh manusia. Kalau hati sudah tidak khusyu' maka seluruh anggota tubuh tidak lagi beribadah secara serius karena hati ibarat komandonya dan anggota badan adalah tentaranya.
Khusyu' juga menjadi bukti keikhlasan. Karena hanya mereka yang ikhlash ibadah karena Allah dan sholat karenaNya yang dapat melakukan khusyu' secara sempurna. Tanpa keikhlasan, maka seseorang hanya melakukan kekhusyu'an palsu atau yang sering disebut kekhusyu'an dusta.

Ibnu Qayyim mengatakan ada dua jenis khusyu', yaitu khusyu' iman dan khusyu' munafik. khusyu' Iman adalah hatinya menghadap Allah dengan penghormatan, pengagungan, ketenangan, penuh harapan dan rasa malu, lalu hatinya penuh dengan cinta dan pengakuan kepada Allah yang membekas ke seluruh anggota badannya.
Adapun khusyu' munafik adalah fisiknya khusyu' tapi hatinya tidak. Para sahabat sering berdoa: Ya Allah lindungilah aku dari khusyu' munafik. (Ruh 314).
Ulama mengatakan bahwa hukum khusyu' adalah wajib, karena banyaknya dalil yang menganjurkan khusyu' dan mencela orang yang tidak khusyu' dalam sholat.
Rasulullah s.a.w. bersabda:"Lima sholat yang diwajibkan oleh Allah, barang siapa memperbaiki wudlunya dan melaksanakan sholat pada waktunya, menyempurnakan ruku'nya dan kekhusyu'annya, maka ia mendapatkan janji Allah untuk mengampuninya. Barang siapa tidak melakukan itu, maka ia tidak mendapatkan janji Allah, kalau Allah berkehendak maka Mengampuninya, kalau Allah berkehendak maka akan menyiksanya." (H.R. Abu Dawud – sahih)

Dalam hadist lain Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barang siapa berwudlu dan memperbaiki wudlunya kemudaian ia sholat dua rakaat, ia konsentrasikan hati dan wajahnya (dan tidak diganggu oleh nafsunya), maka ia akan diampuni dosanya yang telah telah lewat. (H.R. Bukhari).

Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:"Banyak sekali orang yang sholat hanya mendapatkan capek berdiri" (H.R. Nasai: hasan).
Tip menghadirkan khusyu dalam sholat
Menghadirkan khusyu' dalam sholat dalam dilakukan melalui dua cara. Pertama: mengupayakan amalan-amalan yang merangsang kekhusyu'an dan kedua: menghilangkan hal-hal yang merusak kekhusyu'an.

Adapun amalan-amalan yang mengantarkan kepada kekhusyu'an adalah sbb:

1. Persiapkan diri untuk sholat. Itu dimulai dengan mendengarkan adzan dan mengikutinya, berdoa adzan, memperbaiki wudlu, berdoa setalah wudlu, melakukan siwak sebelum sholat, mempesiapkan baji sholat, tempat sholat dan menunggu waktu sholat.
Bukan bergegas sholat ketika waktu hampir lewat.

2. Thoma'ninah: yaitu berhenti sejenak pada setiap rukun-rukun sholat. Dalam hadist diriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w. ketika sholat, beliau melakukan thma'ninah hingga semua anggota badan beliau kembali pada tempatnya. (H.R. Abu Dawud dll.) Dalam hadist lain Rasulullah s.a.w. bersabda:"Seburuk-buruk pencuri adalah pencuri sholat. Bagaimana itu wahai Rasulullah, tanya sahabat. "Mereka yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya. (H.R. Ahmad dan Hakim: sahih). Seseorang tidak akan bisa khusyu' tanpa thoma'ninah ini karena cepatnya pergerakan sholat telah menghilangkan kekhusyu'an dan konsentrasi hati.

3. Ingat kematian saat sholat. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:"Ingatlah mati saat kamu sholat, sesungguhnya seseorang yang ingat mati saat sholat maka ia akan memperbaiki sholatnya, dan sholatlah seperti sholatnya orang yang mengira itu sholatnya yang terakhir" (Dailami: sahih). Rasul juga pernah berpesan kepada Abu Ayub r.a. "Sholatlah seperti sholatnya orang yang pamitan" (Ahmad: sahih).

4. Tadabbur (menghayati) ayat-ayat Quran yang dibaca saat sholat, begitu juga dzikir-dzikir dan bacaan sholat lainnya lainnya serta menyerapkannya dalam diri mushalli.
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ (29)
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Shad:29).

Dari Hudzaifah r.a. :Aku sholat di belakang Rasulullah s.a.w., satu malam. Beliau membaca dengan bebas. Ketika melewati ayat di dalamnya ada tasbih, beliau bertasbih, ketika melewati ayat permintaan beliau meminta dan ketika melewati ayat minta perlindungan, beliau pun meminta perlindungan" (Muslim).

Tadabbur dan tafakkur terhadap ayat-ayat Allah merupakan pengantar kekhusyu'an. Begitu juga menangis saat mendengar atau membaca ayat-ayat Allah. Allah berfirman:
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.(Isra':109).

Atho' pernah bertanya kepada Aisyah r.a.: ceritakan kepadaku apa yang paling kau kagumi dari Rasulullah, lalu Aisyah menangis. Suatu malam Rasulullah s.a.w. berdiri untuk sholat, beliau berkata: Wahai Aisyah biarkan aku menyembah Tuhanku. Sesungguhnya aku senang bersamamu dan aku senang menyenangkanmu". Lalu beliau pun bangun dan sholat, lalu beliau sholat sambil menangis sehingga lantai kamarku basah karena air mata beliau. Lalu berkumandanglah adzan Bilal untuk subuh, ketika Bilal melihat mata Rasulullah basah karena menangis, Bilal pun bertanya:"Wahai Rasulullah, untuk apa engkau menangis padahal Allah telah mengampunimu dosamu yang lalu dan yang akan datang? Rasul menjawab: Wahai Bilal aku lebih suka untuk menjadi hamba yang banyak bersyukur. Malam ini diturunkan kepadaku ayat yang ruglilah orang yang membacanya dan tidak menghayatinya, yaitu ayat Ali Imran 190-194. (Ibnu Hibban:sahih).

1. Membaca ayat satu-satu. Ini juga mengantarkan kepada khusyu' karena mengantarkan kepada pamahaman dan penghayatan. Umi Salamah berkata bahwa Rasulullah membaca fatihah dalam sholat dengan basmalah, lalu berhenti lalu membaca hamdalah lalu berhenti lalu membaca arrohmaanirrohiiim dan seterusnya. (Abu Dawud: sahih).

2. Memperindah bacaan Quran dan tartil dapat mengantarkan kepada kekhusyu'an. Allah berfirman:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلۡمُزَّمِّلُ قُمِ ٱلَّيۡلَ إِلَّا قَلِيلاً۬ نِّصۡفَهُ ۥۤ أَوِ ٱنقُصۡ مِنۡهُ قَلِيلاً أَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ ٱلۡقُرۡءَانَ تَرۡتِيلاً
Hai orang yang berselimut [Muhammad], (1) bangunlah [untuk sembahyang] di malam hari [1] kecuali sedikit [daripadanya], (2) [yaitu] seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, (3) atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (Muzammil 1-4)

Rasulullah s.a.w. berpesan:"Perindahlah al-Qur'an dengan suaramu yang merdu, karena suara yang indah akan memperindah al-Quran" (Hakim:sahih). Dalam hadist lain beliau bersabda:"Sesungguhnya seindah-indah suara orang membaca Quran, adalah kalau ia membaca maka orang-orang yang mendengarnya akan takut kapada Allah. (Ibnu Majah: sahih).

1. Beranggapan bahwa saat sholat ia sedang menghadap kepada Allah. Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda:"Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan. Hakim: sahih).

2. Memperhatikan pembatas depan sholat. Sebaiknya ketika sholat menghadap pembatas depan, misalnya dinding atau pembatas yang polos. Tujuannya adalah agar pandangan mata kita tidak terganggu oleh obyek-obyek visual yang mengganggu konsentrasi kita. Rasulullah s.a.w. bersabda" Hendaklah kalian ketika sholat menaruh pembatas di depannya agar syetan tidak memutuskan sholatnya" (Abu Dawud: sahih). Sebaiknya pembatas tersebut berjarak tiga jengkal dari tempatnya berdiri dan sejengkal dari tempat sujudnya. (Fathul Bari).

3. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada. Rasulullah s.a.w. bersabda: Kami para nabi diperintahkan agar dalam sholat meletakkan tangan kanan di atas atas tangan kiri (Thabrani:sahih). Imam Ahmad menjelaskan bahwa tujuannya adalah agar kita menundukkan diri di depan Allah dengan khusyu'. Ibnu Hajar mengatakan bahwa sikap seperti itu adalah sikap seorang yang meminta dengan merendahkan diri dan sikap seperti itu lebih mengantarkan kepada kekhusyu'an.

4. Mengarahkan pandangan mata pada tempat sujud. Dai Aisyah r.a. Rasulullah s.a.w. ketika sholat beliau menundukkan kepalanya dan pandangannya tertuju ke tempat sujud. (Hakim:sahih). Begitu juga ketika beliau memasuki Ka'bah beliau tidak memalingkan pandangannya dari tempat sujudnya hingga keluar dari Ka'bah". (Hakim: sahih).

Bagaimana dengan pendapat sebagian orang yang melakukan sholat dengan memejamkan mata dengan dalih itu bisa mengantarkan kepada kekhsyu'an. Sesungguhnya itu bertentangan dengan contoh yang diberikan Rasulullah s.a.w. Beliau diriwayatkan tidak pernah sholat dengan memejamkan mata. Namun demikian para ulama beda pendapat mengenai masalah itu. Imam Ahmad mengatakan memejamkah mata saat sholat hukumnya makruh karena itu kebiasaan orang Yahudi. Sebagian ulama mengatakan tidak makruh asalnya demi tujuan baik, misalnya kalau tidak memejamkan mata terganggu oleh obyek-obyek visual yang ada di depannya atau di sekitar tempat sholat, maka memejamkan mata pada kondisi seperti itu dianjurkan.

1. Sebagian ulama melihat bahwa meragamkan bacaan sholat dapat mengantarkan kepada kekhusyu'an karena menciptakan suasana baru dalam melaksanakan sholat. Misalnya redaksi bacaan doa iftitah, ruku', sujud, I'tidal, duduk antara dua sujud dan tashahhud ada beberapa riwayat sahih yang berbeda-beda. Membacanya dengan redaksi yang berbeda-beda dapat mempersegar suasana sholat dan mengantarkan kepada kekhusyu'an. Begitu juga bacaan-bacaan surat setelah fatihah dapat dilakukan dengan variasi ayat yang berbeda-beda.

2. Disunnahkan membaca ta'awwudz (أغوذ بالله من الشيطان الرجيم) ketika merasakan ada gangguan konsentrasi dalam sholat. Konon ketika seorang hamba hendak melaksanakan sholat, syetan menurunkan pasukannya yang disebut Khanzab untuk mengganggu orang sholat. Abi 'Ash r.a. berkata kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah syetan telah mengganggu sholatnya dan membolak balikkan bacaannya, Rasulullah bersabda: Itu syetan bernama Khanzab kalau kamu merasakannya maka bacalah ta'wudz lalu tiuplah ke kiri tiga kali". Iapun melakukannya dan syetan tidak lagi mengganggunya. (Muslim).

Rasulullah juga mengingatkan: Kalau kalian sholat maka datanglah syetan mengganggu kalian, sehingga kalian lupa hitungan rakaatnya. Kalau kalian merasakannya maka sujudlah dua kali ketika ia duduk (Bukhari). Rasulullah juga mengingatkan bahwa Syetan datang kepada kalian ketika sholat lalu membuka tempat duduk kalian, lalu ia merekayasa agar dia ragu apa kentut apa tidak, kalau kalian merasakan itu janganlah membatalkan sholat hingga dengar suara atau mencium bau (Thabrani: sahih). Bahkan konon syetan juga menganggu orang yang sholat dengan isu-isu kebaikan seperti masalah dakwah, masalah sunnah, masalah keilmuan dan politik agar sholatnya tidak lagi terfokus.

3. Bacalah cerita orang solih terdahulu bagaimana mereka berkhusyu' dalam sholatnya. Ali r.a. ketika hendak sholat maka mukanya berubah, lalu ia ditanyai tentang itu, beliau menjawab: datang waktu ketika amanah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka menolak tapi aku kini membawanya. Konon mereka ketita sholat memerah wajahnya karena takut akan menghadap Allah. Salah seorang sahabat diceritakan terkena panah saat berperang, lalu ia minta agar dicabut saat ia sholat karena saat itu ia lupa semuanya dan hanya ingat Allah.

4. Berdoa dalam sholat, khususnya saat sujud. Rasulullah s.a.w. bersabda:"Kondisi paling antara hamba dan Tuhannya adalah saat sujud, maka perbanyaklah doa" (Muslim).

5. Dzikir setelah sholat. Setelah melaksanakan sholatnya hendaknya seorang hamba melakukan dzikir selesai sholat untuk memperkuat dan menyempurnakan sholatnya. Tentu saja tidak hanya dzikir dalam lisan tapi juga diresapi makna dan kandungannya.


Adapun perkara-perkara yang mengganggu kekhusyu'an adalah sbb:

1. Membersihkan tempat sholat dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi seperti gambar-gambar dan ornamen yang menarik perhatian orang sholat. Aisyah r.a. pernah mempunyai kelambu di rumahnya berwarna-warni, lalu Rasulullah memintanya agar menyingkirkan itu karena itu mengganggu sholat beliau. (Bukhari). Maka hendaknya melakukan sholat di tempat yang jauh dari kebisingan dan banyak orang lalu lalang, tempat orang ngobrol, apalagi tempat hiburan dan bersenang-senang karena itu akan mengganggu kekhusyu'an sholat. Begitu juga agar lokasi sholat tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Rasulullah s.a.w. memerintahkan agar para sahabat melakukan sholat dhuhur saat cuaca agak dingin.

2. Memakai pakaian yang polos dan tidak banyak warna. Karena itu akan menarik pandangan mushalli dan mengganggu konsentrasinya dalam sholat. Rasulullah pernah sholat dan terganggu dengan kelambu Aisyah yang berwarna-warni lalu beliau meminta untuk menyingkirkannya. (Bukhari dll.).

3. Hindari solat di waktu makan. Rasulullah s.a.w. bersabda"Tidak baik sholat di hadapan makanan" (Muslim). Riwayat lain mengatakan "Ketika maka malam sudah siap dan datang waktu sholat, maka dahulukan makan malam" (Bukhari).

4. Hindari menanah buang air besar, kecil dan angin. Rasulullah s.a.w. melarang sholat sambil menahan kencing (Ibnu Majah:sahih). Riwayat lain mengatakan bahwa Rasululllah s.a.w. bersabda kalau kalian akan sholat dan ingin ke wc maka pergilah ke wc dulu (Abu Dawud:sahih).

5. Hindari sholat dalam keadaan ngantuk berat. Rasulullah s.a.w. bersabda "Kalau kalian sholat dan ngantuk maka tidurlah hingga ia mengerti apa yang dikatakan" (Bukhari). Riwayat lain dengan tambahan: ditakutkan ketika kalian ngantuk dan melakukan sholat maka ia tidak sadar maunya meminta ampunan Allah tapi malah mengumpat dirinya. (Bukhari)

6. Hindari sholat di tempat yang kurang rata atau kuarng bersih karena itu akan menganggu konsentrasi saat sujud. Rasulullah s.a.w. bersabda "Janganlah kau membersihkan tempat sujudmu (dari kerikil) saat sholat, kalau terpaksa melakukannya maka itu cukup sekali (Abu Dawud:sahih).

7. Jangan membaca terlalu keras sehingga mengganggu orang sholat di samping kita. Rasulullah s.a.w. bersabda "Ingatlah bahwa kalian semua menghadap Allah, janganlah saling mengganggu, jangan membaca lebih keras dari saudaranya dalam sholat" (Abu Dawud: sahih).

8. Jangan tengak-tengok saat sholat. Rasulullah s.a.w. mengingatkan bahwa tengak-tengok dalam sholat adalah gangguan syetan. (Bukhari). Dalam hadist lain dikatakan "Allah senantiasa melihat hambanya saat sholat selama ia tidak menengok, kalau menengok maka Allah meninggalkannya" (Abu Dawud: sahih).

9. Jangan melihat ke arah atas. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda "Ada orang-orang sholat sambil menghadap ke atas, mudah-mudahan matanya tidak kembali" (Ahmad:sahih).

10. menahan mulut ketika ingin menguap. Sabda Rasulullah s.a.w. Ketika kalian menguap saat sholat, maka tahanlah sekuatnya karena syetan akan masuk ke mulut kalian" (Muslim).

11. Jangan sholat seperti kebiasaan binatang. Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. melarang sholat seperti patukan gagak, duduknya harimau dan menjalankan ibadah di tempat yang satu seperti onta (Ahmad: sahih).

Akhirnya, khusyu' ini berat tapi dapat kita jalankan melalui latihan dan membiasakan diri. Salah satu upaya agar kita dapat melakukan khusyu' dengan mudah adalah dengan memperbanyak doa:
اللَّهُمَّ طَهِّرْنِي بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَالْمَاءِ الْبَارِدِ ، اللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِي مِنَ الْخَطَايَا كَمَا طَهَّرْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ ، وَبَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ ذُنُوبِي كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ ، وَنَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ ، وَدُعَاءٍ لاَ يُسْمَعُ ، وَعِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ هُؤُلاَءِ الأَرْبَعِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِيشَةً نَقِيَّةً وَمَيْتَةً سَوِيَّةً وَمَرَدًّا غَيْرَ مُخْزٍى.
Mudah-mudahan bermanfaat.

Menguak Rahasia Salat Tahajud

Pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang yang melakukan meditasi dan relaksasi. jika kita pernah mendengar lirik lagu tombo ati yang didendangkan budayawan kondang emha ainun nadjib bersama kelompok musik kiai kanjeng, tahajud disebut sebagai salah satu pengobat hati. sebab shalat sunah yang ditunaikan di keheningan malam itu, mengantarkan orang yang menunaikannya menjadi lebih dekat dengan allah. hati yang dekat dengan tuhannya adalah hati yang damai.

orang yang rindu tahajud adalah orang yang mempunyai kadar keikhlasan lebih. ia rela untuk menghentikan kelelapan tidurnya dan bersimpuh pada sang khalik. alquran memuji mereka dengan menyebutnya sebagai orang-orang yang menjauhkan lambungnya dari tempat peraduan.

tahajud diketahui sebagai ibadah yang ditunaikan pada malam hari, saat setiap orang mengistirahatkan tubuhnya dari kelelahan aktivitas di siang hari. banyak kalangan menyatakan bahwa idealnya masa tidur di malam hari adalah enam hingga delapan jam. tidur di malam hari akan memberikan energi baru bagi seseorang untuk melakukan aktivitasnya di pagi hingga siang hari.

namun kemudian muncul sebuah pendapat lain dari seorang ilmuwan bernama ray meddis. ia menyatakan bahwa masa tidur yang sempurna hanyalah tiga hingga empat jam setiap harinya. seseorang akan mengalami deep slep sekitar tiga hingga empat jam saja. tentu seorang muslim mampu memanfaatkan sisa masa tidur itu untuk memadu cinta dengan tuhannya, melalui shalat tahajud.

“bangunlah untuk shalat di malam hari kecuali sedikit daripadanya. yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah alquran dengan perlahan-lahan.” (al-muzammil [73]: 2-4).

seorang ilmuwan muslim asal mesir, fadhlalla haeri, menyatakan bahwa ayat tersebut memberikan panduan bagi muslim untuk mencapai keseimbangan. di sisa masa istirahatnya, tiga jam masa efektif tidur malam, maka ia pun semestinya bangun untuk menjalankan aktivitas yang bermanfaat. bangun di waktu malam adalah salah satu aktivitas yang memberikan manfaat.

ia menambahkan, pada saat itu energi did lam tubuh seseorang berada dalam kondisi rndah. selain itu, medan refleksi juga begitu bersih. dalam tradisi india, kondisi seperti itu disebut sebagai tahap pembentukan kesadaran yang terjadi pada titik energi ketujuh atau cakra mahkota. dampaknya, akan meningkatkan intuisi seseorang dan kesadaran diri untuk mampu mengendalikan emosi negatif.

menurut haeri, pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang melakukan meditasi dan relaksasi atas kelenjar pineal. ini akan menspiritualkan intelektual sesorang disertai dengan kemampuan personal untuk selalu mendekatkan diri kepada allah serta menjalin hubungan yang harmonis dengan sesamanya.

tak hanya itu, pada saat matahari terbenam, kelenjar pineal mulai bekerja dan memproduksi hormon melatonin dalam jumlah besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 hingga 03.00 dini hari. hormon inilah yang kemudian menghasilkan turunan asam amino trytophan dalam jumlah besar pula.

tahukah anda? tahajud menjadi sarana untuk mempertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil.

hormon melatonin akan membentuk sistem kekebalan dalam tubuh dan membatasi gerak pemicu tumor seperti estrogen. haeri mengungkapkan bahwa pada masa kanak-kanak melatonin yang ada di dalam tubuh berjumlah 120 picogram. namun jumlah tersebut akan semakin menurun pada usia 20 30 tahun. selain secara alamiah, pengurangan jumlah melatonin di dalam tubuh juga diakibatkan adanya pengaruh eksternal, seperti: tidur larut, medan elektromagnetik, dan polutan kimia misalnya pestisida, yang pada akhirnya menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi dan sakit kepala. pada titik tertentu bahkan menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh.

kafein yang terkandung di dalam kopi, teh hitam, dan soda tertentu juga akan menyebabkan kemampuan antioksidan melatonin berkurang. keadaan ini akan membahayakan sel-sel tubuh saat seseorang tengah terjaga. dengan demikian, kata haeri, yang harus menjadi perhatian adalah bukan kuantitas tidur seseorang untuk memberikan kebugaran pada tubuh, tetapi justru kualitas tidur. tiga jam adalah waktu yang cukup untuk itu.

tahajud tidak hanya memberikan pengaruh pada posisi melatonin. gerakan ibadah di sepertiga malam terakhir ini juga memberikan pengaruh tertentu pada tubuh. setidaknya, pada saat berdiri tegak dan mengangkat takbir secara tidak langsung akan membuat rongga toraks dalam paru-paru membesar. ini akan menyebabkan banyak oksigen yang masuk ke dalamnya. ada kesegaran yang dirasakan ketika seseorang dapat menghirup udara segar ke dalam paru-parunya di keheningan malam itu. pada saat sujud, seluruh berat dan daya badan dipindahkan sepenuhnya pada otot tangan, kaki, dada, perut, leher, dan jari kaki. proses ini dilakukan berulang-ulang sesuai jumlahrakaat shalat tahajud yang kita lakukan.

setelah oksigen masuk ke dalam paru-paru, oksigen diedarkan ke seluruh tubuh dengan lancar karena adanya pergerakan otot selama ruku’ dan sujud. selain itu, dalam shalat seseorang juga melakukan gerakan duduk di antara dua sujud dan tahiyat yang menyebabkan adanya gerakan tumit, pangkal paha, jari tangan, jari kaki, dan lainnya. tentu peredaran oksigen akan menjadi lancar.

dari blog :
--> http://nakasaha.blogspot.com/2008/02/rahasia-di-balik-sholat-tahajjud.html
http://shalatmalam.blogspot.com/

Monday, July 26, 2010

Pemenang Lomba Call Fof Paper




Alhamdullilah, setelah terjadi perdebatan yang cukup panjang dalam menentukan pemenang. Akhirnya para juri memilih beberapa nama untuk menjadi pemenang. Adapun untuk kategori pemenang, Panitia Simposium Nasional memilih 6 karya terbaik & kategori tambahan yaitu Penulis Muda Berbakat.

Kami Panitia Simposioum Nasional memilih & memutuskan 6 karya ilmiah terbaik, sebagai berikut:

1. Ayu Pratiwi. Judul: Radikalisme dan Terorisme Atas Nama Islam: "Sebuah Pertanyaan Tentang Identitas & Produk Interaksi Sosial Masyarakat
2. M. Endy Saputro. Judul : "Deproduksi Terorisme Di Indonesia.
3. Dr. Saifur Rohman, MHUM. Judul: "Memutus Mata Rantai Radikalisme dan Terorisme di Indonesia; Analisis Psikologi, Filsafat, dan Kultural"
4. Mirra Noor Milla. Judul: "Keterpanggilan Jihad dan Bias Motivasional Terorisme"; Studi Naratif Fenomenologi pada Terpidana Kasus Terorisme di Indonesia.
5. Homaidi Hamid. Judul: "Jihad & Terorisme"
6. Andika Hendra Mustaqim S.S. Judul: Analisis Rubrikasi Media Online dan Pengaruhnya Membendung dan Menyebarkan Perkembangan Ideologi Radikalisme dan Terorisme.



Penulis Muda Berbakat:

1. Mu'ammar Zayn Qadafy. Judul: "Aplikasi Teori Interpretasi Dalam Ayat-Ayat QITAL"



Keterangan:

* 6 (Enam) karya ilmiah terbaik akan diberikan hadiah dan diundang sebagai peserta Simposium Nasional dengan fasilitas transportasi dan akomodasi yang disiapkan panitia.
* Khusus untuk kategori Penulis Muda Berbakat akan diberikan hadiah dan penghargaan dari panitia.
* Panitia berhak mempublikasikan ke- 7 karya ilmiah tersebut dalam website dan dalam bentuk buku.
http://lazuardibirru.org./web/?show=tahukah&id=209

Saturday, July 24, 2010

Nama-Nama Bayi untuk Putra-Putri Idaman Anda


Abdul Alim = Hamba Allah Yang Mengetahui
Abdul Azim = Hamba Allah Yang Agung
Abdul Aziz = Hamba Allah Yang Mulia
Abdul Bari = Hamba Allah Yang Banyak Kebaikan
Abdul Basit = Hamba Allah Yang Melimpah Nikmat
Abdul Baqi = Hamba Allah Yang Kekal
Abdul Dayyan = Hamba Allah Yang Membalas
Abdul Jabbar = Hamba Allah Yang Tegas
Abdul Jalil = Hamba Allah Yang Mulia
Abdul Jawad = Hamba Allah Yang Pemurah
Abdul Fattah = Hamba Allah Yang Membuka
Abdul Ghafur = Hamba Allah Yang Membuka
Abdul Ghani = Hamba Allah Yang Pengampun
Abdul Hadi = Hamba Allah Yang Kaya
Abdul Hafiz = Hamba Allah Yang Memelihara
Abdul Haiy = Hamba Allah Yang Hidup
Abdul Hak = Hamba Allah Yang Sebenar
Abdul Hakam = Hamba Allah Yang Menghukum
Abdul Hakim = Hamba Allah Yang Bijaksana
Abdul Halim = Hamba Allah Yang Lemah Lembut
Abdul Hamid = Hamba Allah Yang Terpuji
Abdul Hanan = Hamba Allah Yang Penyayang
Abdul Ilah = Hamba Allah / hamba Tuhan
Abdul Karim = Hamba Allah Yang Pemurah
Abdul Khaliq = Hamba Allah Yang Mencipta
Abdullah = Hamba Allah
Abdul Latif = Hamba Allah Yang Lemah Lembut
Abdul Majid = Hamba Allah Yang Mulia
Abdul Mannan = Hamba Allah Yang Memberi Nikmat
Abdul Muhaimin = Hamba Allah Yang Berkuasa
Abdul Mu’ati = Hamba Allah Yang Memberi
Abdul Mun’im = Hamba Allah Yang Memberi Nikmat
Abdul Nasir = Hamba Allah Yang Menolong
Abdul Qadir = Hamba Allah Yang Berkuasa
Abdul Qahar = Hamba Allah Yang Perkasa
Abdul Qayyum = Hamba Allah Yang Berkuasa
Abdul Rauf = Hamba Allah Yang Pengasih
Abdul Rahman = Hamba Allah Yang Pemurah
Abdul Rahim = Hamba Allah Yang Penyayang
Abdul Rasyid = Hamba Allah Yang Bijaksana
Abdul Razak = Hamba Allah Yang Memberi Rezeki
Abdul Syakur = Hamba Allah Yang Bersyukur
Abdul Samad = Hamba Allah Yang Menjadi Tumpuan
Abdul Salam = Hamba Allah Yang penyelamat
Abdul Wafi = Hamba Allah Yang Setia
Abdul Wadud = Hamba Allah Yang Pengasih
Abdul Wahab = Hamba Allah Yang Memberi
Abdul Warith = Hamba Allah Yang Mewarisi
Abdul Wahid = Hamba Allah Yang Esa
Abbasy = Rajin berusaha
Abadi = Yang Kekal
Abbas = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW Muhammad SAW
Abrisam = Yang lembut/tampan
Abhar = Yang bergemerlapan/Yang berseri
Absyar = Bergembira
Abid = Yang beribadat
Abidin = Yang beribadat
Abu Bakar = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW (Yang bersegera)
Abu Zar = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Abu Samah = Pemaaf, Yang bertoleransi
Abu Wasim = Yang tampan.
Adabi = Kesopananku, kesusasteraan
Adlan = Keadilan
Adam = Nama Nabi, ikutan, teladan
Adham = Yang cantik
Adil = Yang adil
Adli = Keadilanku, kelurusanku
Adnan = Nama datuk Nabi
Adi = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Adib = Pujangga
Adwa’ = Cahaya
Affan = Pendaki
Affandi = Gelaran bagi orang yang berkedudukan
Afiq = Yang mulia
Afif = Yang bermaruah
Afnan = Kecantikan/seri
Aflah = Yang beruntung
Afqar = Fakir
Afham = Yang pandai
Afsar = Lebih Jelas
Afdhal = Terbaik
Afkar = Yang bijak
Afwu = Pemaaf
Agha = Ketua, pimpinan
Aghna = Berdikari
Ahlan = Keselamatan
Ahlam = Impian, kesabaran
Ahda = Beroleh petunjuk
Ahlami = Impianku, kelembutanku
Ahna = Yang lemah lembut
Ahmas = Yang bersemangat
Ahnaf = Yang berpegang teguh pada ajaran agama
Ahwaz = Yang bersungguh-sungguh
Ahsan = Yang terbaik
Ahza = Yang beruntung
Ahmad = Yang terpuji
Ahwas = Pemberani
Aibaq = Pesuruh
Aiyub = Nama nabi
aiman = Yang bertuah
Aisar = Yang senang, mudah
Aisy = Mewah, kaya raya
Ajad = Berbuat baik
Ajmal = Cantik, molek
Ajwad = Yang lebih pemurah
Akalil = Mahkota
Akramah = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Akbar = Yang besar
Akram = Yang mulia
Akhtar = Yang terpilih
Akma = Pimpinan
Akid = Yang kuat, teguh, tetap
Akif = Yang menumpukan dirinya pada sesuatu
Akmal = Sempurna, sangat pandai
Aqhar = Yang gagah
Akwa = Yang perkasa, kuat
Alwan = Warna-warni
Alma’ = Yang bergemerlapan
Alamgir = Penakluk dunia
Alim = Yang mengetahui
Alauddin = Ketinggian agama
Allamah = Yang berilmu luas
Ali = Yang mulia, yang tinggi kedudukannya
Aliyan = Yang tinggi
Alif = Kawan rapat
Alham = Beroleh ilham
Alim = Mengetahui
Aliuddin = Ketinggian agama
Alzam = Yang tekun
Altaf = Baik hati,lemah lembut
Altamis = Panglima, ketua
Amadi = Masa, matlamatku
Amad = Tujuan
Amal = Cita-cita, harapan
Amili = Yang bekerja
Amali = Cita-citaku, harapanku
Amaluddin = Cita-cita agama
Aman = Sentosa, keamanan
Amanat = Pertaruhan, amanh
Amar = Yang ramai zuriat
Amjad = Mulia, soleh
Amin = Yang amanah, yang dipercayai
Aminin = Orang-orang yang aman
Aminuddin = Pengamanah agama
Amnan = Tempat yang aman
Amir = Putera, ketua, pemerintah
Amiruddin = Pembela agama
Ammar = Yang memakmurkan, yang kuat iman
Amami = Golonganku
Amnan = Ketenangan
Amni = Keamananku
Amani = Kesejahteraanku
Amsyar = Yang cergas
Amzar = Yang mulia
Amran = Yang memakmurkan
Amrin = Perintah
Amrun = Kemakmuranku
Amkrun = Orang-orang berkuasa
Anas = Kemesraan, cinta, kasih
Anaqi = Keindahanku yang menawan hati
An’am = Yang diberi nikmat
Anma = Yang maju
Aniq = Yang kacak lagi menawan hati
Anmar = Air yang bersih
Anis = Yang mesra, teman setia
Andar = Yang berseri
Ansar = Penolong, penyokong
Ansari = Penolongku, penyokongku
Anwar = Yang bercahaya
Anwari = Cahayaku
Aqil = Bijak, terpelajar
Aqlan = Kebijakan
Aqmar = Putih, cantik
Aqra = Pandai membaca
Arafat = Yang terkenal, kenalan
Arami = Panji-panji
Arib = Yang mahir
Arham = Yang mesra
Arif = Yang bijak, yang mengetahui
Ariffin = Yang bijak
Arfan = Mengetahui
Arman = Harapan, aspirasi
Arqam = Nama sahabat Nabi Muhammad SAW
Arfa = Yang tinggi, mulia
Arsalan = Singa
Arsyad = Yang sangat cerdik
Arumi = Asal keturunanku
Asad = singa
As’ad = Yang berbahagia
Asdaq = Benar
Asjad = Emas, permata
Asil = Yang mulia
Asyiq = Kekasih, pencinta
Askari = Tentera
Aslam = Selamat, terkawal
Asfa = Yang suci
Aslah = Yang lebih baik
Asmah = Yang pemaaf
Asmai = Hati yang suci
Asmaan = Hati yang suci dan pendapat yang teguh
Asmar = Yang hitam manis
Ashmah = Yang berani
Asna = Yang tinggi, yang bersinar
Asnawi = Yang berseri, gemilang
Asri = Masaku, kemajuanku mengikut masa
Asytar = Yang menawan
Asyari = Perasaanku
Asyraaf = Yang mulia
Asy’ar = Perasa, jiwa halus
Asyrani = Periang, kemegahanku
Asymawi = Pemberianku
Ata = Pemberian
Ataullah = Kurniaan Allah
Atyab = Wangi
Atif = Belas Kasihan
Athar = Suci, bersih
Athari = Yang bersih
Athmar = Yang berjaya
Atmam = Kesempurnaan
Aus = Pemberian
Aufa = Yang setia
Aun = Bantuan, pertolongan
Auni = Ketetapanku
Awsam = Yang segak
Awam = Yang tangkas
Awraq = Yang memberi semangat
Awad = Gantian, pemberian
Awwal = Pandai mentakwil
Awwam = Perenang
Awuf = Yang wangi
Awadullah = Pemberian, gantian dari Allah
Awliya = Kekasih
Awwab = Yang banyak bertaubat
Awali = Pedang
Awwadi = Yang bersungguh-sungguh
Ayadi = Nikmat
Aysar = Yang mudah
Ayyub = Nama nabi
Azad = Bebas, merdeka
Azfar = Yang berjaya, yang menang
Azka = Semakin maju
Azhar = Yang berseri, yang gemilang
Azam = Keazaman
Azaim = Pelbagai azam
Azim = Besar
Azman = Cita-cita, tekad
Azmi = Cita-citaku, tekadku
Azmil = Kawan rapat
Aziman = Keazaman
Azamuddin = Keazaman agama
Azhari = Yang berseri, yang gemilang
Azhad = Yang zuhud, warak
Azizan = Yang mulia, yang kuat, kekasih
Azib = Sabar dan gigih
Aziz = Yang mulia, yang kuat, kekasih
Azizi = Kesayanganku, kekasihku
Azbin = Bersih, suci
Azri = Kekuatanku, penyokongku
Azwar = Rajin ziarah/emas
Balyan = Nama auliya
Bahran = Bercahaya
Baqir = Sangat pandai, terpelajar
Basim = Gembira, tersenyum
Basit = Pereka, pembuat
Bahjat = Kegemilangan
Badar = Bulan penuh
Bassam = Suka tersenyum
Badiuzzaman = Keindahan semasa
Bazil = Yang pandai
Badrulmunir = Bulan bercahaya
Badran = Bulan penuh (purnama)
Badri = Bulan purnamaku
Basyirun = Yang melihat
Badrun = Bulan purnama
Badruddin = Bulan purnama agama
Baghawi = Nisbah
Bahauddin = Sinaran agama
Bahadur = Berani, kuat
Bahij = Yang indah menawan
Bahjan = Cemerlang
Bahri = Kegemilanganku
Bahruddin = Sinaran agama
Bayiyuddin = Sinaran agama
Bahzi = Pembelaku
Bais = Tentera
Bakri = Kemudaanku
Bakhit = Yang bertuah
Bakhtiar = Yang bahagia
Banin = Yang bijak, gigih
Barra = Yang bersih
Barzun = Utama, berani
Baslan = Keberanian
Basil = Berani
Basir = Bijak, melihat
Basyar = Pembawa berita baik
Basyir = Penyampai berita gembira
Bahlawan = Pendaki gunung
Basri = Penglihatanku
Basirun = Yang melihat
Bazli = Kebijaksanaanku, kepakaranku
Bazilin = Yang menyumbang
Bunyamin = Nama saudara nabi yusuf
Bilal = Nama saabat nabi, titisan embun
Biruni = Nama ulama besar
Bisyari = Kegembiraan
Bisyrun = Berita gembira
Burhan = Alasan, bukti
Burhanuddin = Bukti agama
Busairi = Nisbah
Busrain = Kesegaran
Bustani = Tamanku
Buraidah = Kesejukan
Busran = Khabar gembira
Daim = Kekal abadi
Daisam = Lemah lembut
Dailami = Askarku
Danial = Nama nabi
Daiyan = Hakim, pembalas
Danish = Pengetahuan, bijak
Darwisy = Warak
Dasuki = Keindahanku, cahayaku
Dawani = Nisbah
Daud = Nama nabi
Din = Agama, kepercayaan
Dini = Agamaku
Dhia = Sinaran
Dhiyauddin = Sinaran agama
Dhiyaulhaq = Sinaran kebenaran
Dhiaurrahman = Sinaran yang pengasih (Allah)
Dhomrah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Dhabit = Yang kuat ingatan
Dhamiri = Jiwaku
Dubies = Nama pahlawan arab
Durrani = Permataku
Fadlan = Keutamaan
Fadil = Yang mulia
Fadli = Kelebihanku, ihsanku
Fadlin = Keutamaan
Fadil = Yang utama
Fadal = Keutamaan
Fadlullah = Kelebihan Allah
Fahad = Harimau bintang
Fahim = Yang faham
Fahmi = Kefahamanku
Fahman = Kefahaman
Faid = Yang tetap, yang berhasil
Faiq = Tertinggi, utama
Faqih = Yang mengerti
Faisal = Penyelesaian
Faiz = Berjaya
Fajar = Cahaya putih
Fakhri = Kemegahanku
Fakhruddin = Kebanggaan agama
Falah = Kejayaan
Fakhrullah = Kemegahan Allah
Farhan = Girang, gembira
Farhat = Kegembiraan
Farid = Yang istimewa, permata, tiada bandingan
Fariduddin = Permata agama, keistimewaan
Fannani = Seniman
Faris = Yang alim, ahli penunggang kuda
Faruq = Pembeza antara benar dan salah
Fathi = Pembukaanku, kemenanganku
Farhun = Kegembiraan
Fathuddin = Pembukaan, kejayaan agama
Fathul Islam = Pembuka, kejayaan Islam
Fathullah = Pembukaan, Kejayaan Allah
Fatih = Pembuka, perintis
Fathurrahman = Pembukaan, Kejayaan Allah yang pengasih
Fattah = Penakluk
Fasahat = Fasih, lancer
Fasih = Yang fasih
Fauzi = Kejayaanku
Fauzan = Kejayaan
Fawwaz = Berjaya
Fayyadh = Murah hati
Fidai = Pengorbanan
Fikri = Fikiranku
Firas = Kecerdikan, celik akal
Firdaus = Nama syurga
Fitri = Semulajadi
Fuad = Hati, jiwa
Fuadi = Jiwaku
Furqan = Bukti, kenyataan
Fudail = Kelebihanku, kemuliaan
Ghadi = Singa
Ghaffar = Sedia mengampuni, lembut hati
Ghaffur = Pengampun
Ghali = Mahal
Ghalib = Yang menang
Ghanim = Yang mencapai kejayaan
Ghanimi = Kejayaanku
Ghani = Kaya, mewah
Ghassan = Kecantikan dan kelembutan remaja
Ghaisan = Rupawan
Ghaisani = Cantik dan muda
Ghaus = Pertolongan
Ghazali = Pelandukku
Ghazlan = Tenunan
Ghazi = Pejuang
Ghailan = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Ghufran = Keampunan
Ghulwani = Keremajaan dan kecergasan
Ghulan = Remaja
Habbab = Yang mengasihi
Habib = Kekasih
Habri = Kegembiraanku
Hadi = Yang memimpin
Hadwan = Ketenangan
Hadrami = Nisbah
Hadari = Maju, bertamadun, penduduk bandar
Haddad = Lautan
Hadif = Yang mempunyai matlamat
Hfiy = Yang memuliakan
Hafiz = Penjaga, pelindung
Hafuza = Pemberi semangat
Hafizuddin = Pemelihara agama
Hail = Yang disegani
Hajib = Pendinding
Hajim = Pelindung
Hajid = Yang solat malam
Hakam = Pengadil
Hakim = Bijaksana
Hakmani = Pengadil
Hajaj = Pelawat
Hamad = Terpuji
Hamas = Berani
Hamdan = Terpuji
Hamdawi = Yang memuji
Hamdi = Pujianku
Hamdun = Terpuji
Hamid = Yang memuji
Hamud = Yang banyak memuji
Hamiduddin = Pujian agama
Haiman = Menguasai
Hamim = Teman karib
Hamimi = Teman karibku
Hamlan = Berdiri sendiri
Hamiz = Cerdik, kuat, tampan
Hamsyari = Anak jati watan
Hamizan = Cerdik, kuat, tampan
Hammani = Pemberi semangat
Hamzah = Kebijaksanaan
Hamzi = Ketegasanku
Hanafi = Kelurusanku
Hanania = Dikasihi Allah
Haitham = Yang mudah
Hanif = Yang lurus
Hanin = Kesayangan
Hanis = Berani, warak
Hanun = Kesayangan
Haidar = Berani, singa
Haikal = Pokok yang besar dan subur
Haimadi = Pujian agama
Haiman = Yang cinta, asyik
Hariri = Suteraku, nisbah
Harraz = Yang amat warak
Haris = Pengawal, pelindung
Harith = Kuat, berusaha
Hariz = Pemelihara
Harzan = Penjagaan
Harun = Nama nabi
Hasan = Lawa, segak
Hassan = Sangat baik
Hasbi = Yang memadai bagiku
Hasbullah = Jaminan Allah
Hasib = Berketurunan mulia
Hasnawi = Kecantikan
Hasif = Kemas, rapi
Hasnun = Yang baik
Hasyiem = Yang bermaruah
Hasyim = Pemurah, yang suka menjamu orang
Hasnain = Dua kebaikan
Hatadi = Keaslianku
Hatim = Pemutus, penentu
Hawwari = Penolong, bersih
Haiyan = Yang hidup
Hawwas = Yang bersemangat
Haziq = Cerdik, pandai
Hazim = Tegas, cermat, bijak
Hazmi = Ketegasanku
Hayyun = Hidup
Hazwan = Pemberianku
Hibatullah = Kurnia
Hidayat = Petunjuk
Hidawi = Pemberian
Hidayatullah = Petunjuk Allah
Hijazi = Kebersihanku
Hikmat = Hikmat
Hilal = Bulan sabit
Hilman = Kesopanan, kesabaran
Hilmi = Kesopananku, kesabaranku
Himmat = Cita-cita
Hisyam = Murah hati
Hisyamuddin = Kemurahan agama
Hiwayat = Yang disukai
Hubaib = Kekasih
Hulaif = Yang setia
Hulawi = Yang manis/menarik
Humaidi = Kepujianku
Humdi = Yang memuji
Husain = Elok, cantik
Husoin = Benteng pertahanan
Husaini = Kebaikanku
Husnayan = Kemenangan, syahid
Huzaifah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Huzaiman = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Ibad = Yang rajin beribadah
Ibrahim = Nama nabi
Ibhar = (Lihat Bahar)
Ibtisam = Senyuman
Idlan = Keadilan
Idris = Nama nabi
Idrus = Singa
Iffat = Kehormatan diri
Idraki = Pengetahuanku, kefahamanku
Iftiqar = Keperluan
Ihsan = Kebaikan
Iftikhar = Kehormatan
Ihtisyam = Kehebatan
Ijlal = Penghormatan
Ikhwan = Persaudaraan
Ikhlas = Memuliakan
Ikram = Menghormati
Iktidal = Keadilan
Ikhtiari = Pilihanku
Iktisham = Tenaga
Ikhtiaruddin = Pilihan agama
Iktimad = Berserah
Ilyas = Nama nabi
Ilyasa = Nama nabi
Iliya = Nama nabi
Ilham = Ilham
Imadi = Sokonganku
Imaduddin = Tiang agama
Iman = Iman
Imdad = Tolong, bantu, sokong
Imtiyaz = Pilihan
Imran = Budi bahasa
Inayat = Pertolongan
Insaf = Kesedaran
Intisar = Kemenangan
Inas = Kelembutan
Iqtidar = Kekuatan, tenaga
Iqbal = Kejayaan
Irfan = Kebijaksanaan, kesyukuran
Irsyad = Nasihat, panduan
Irsyaduddin = Panduan agama
Is’ad = Beroleh taufiq
Ishak = Nama nabi
Iskandar = Nama seorang raja
Isma = Pemelihara
Isyhad = Penyaksian
Islam = Kesejahteraan
Islah = Pembetulan
Ismail = Nama nabi
Ismat = Ketulinan, kesucian
Isa = Nabi nabi
Israr = Persendirian
Israr = Persendirian
Isyraq = Memberi sinar
Istafa = Pilih, suka
Isyraf = Pengganti
Iwadh = Pengganti
Ithar = Mengasihi orang lain
Iyad = Sokongan, kekuatan
Izdiyad = Pertambahan
Izdihar = Perkembangan, kemajuan
Izz = Kekuatan
Izzan = Kepatuhan
Izzat = Kemuliaan
Izzuddin = Kemuliaan agama
Izzul Islam = Kemuliaan Islam
Jaafar = Anak sungai
Jaballah = Hadiah Allah
Jabir = Yang melegakan
Jabil = Yang kreatif
Jabrullah = Pertolongan Allah
Jabran = Pengganti, pembetul
Jabri = Pertolongnaku
Jadid = Yang baru
Jadir = Pemurah
Jadulhaq = Jalan kebenaran
Jaffan = Yang terkawal
Jafni = Kawalanku dari kejahatan
Jafin = Yang mengawal
Jahid = Yang berusaha
Jahdi = Kemampuan
Jahran = Yang tangkas
Jalal = Kemulian, keagungan
Jali = Yang nyata
Jalaluddin = Kemulian agama
Jalil = Yang mulia
Jalud = Kuat dan sabar
Jamal = Kecantikan
Jamali = Kecantikanku
Jamaluddin = Keindahan agama
Jamalullail = Keindahan malam
Jam’an = Kesatuan
Jamil = Yang tampan
Jarir = Tempat bertumpu
Jaris = Kurnian Allah
Jamri = Perhimpunanku
Jamsyir = Kecantikan
Jauhar = Permata
Jauhari = Permataku
Jauni = Keputihan, siang
Jauzan = Pertengahan
Jawad = Murah hati
Jawahir = Permata
Jazali = Kegembiraanku
Jazil = Besar, banyak
Jazim = Mempastikan
Jazli = Fasih
Jazman = Tekad bulat
Jazmi = Tekad yang kukuh
Jazlan = Gembira, riang
Jazman = Tekad yang kukuh
Jazuli = Nisbah
Jihadi = Perjuangan
Jilani = Penyiaranku
Jiwari = Jaminanku
Jiratullah = Bantuan Allah
Jubair = Pertolongan
Juani = Sinaranku
Jufri = Keluasan, di tengah
Juhlan = Yang termulia
Juman = Mutiara
Jumani = Mutiaraku
Junaid = Tentera
Junaidi = Tenteraku
Junaidun = Tentera
Juwaidi = Keelokanku
Kaab = Kemuliaan
Kabir = Agung, besar
Kailani = Nisbah
Kafil = Penjamin
Kalim = Pemidato
kamal = Kesempurnaan
kamaluddin = Kesempurnaan agama
Kamaruzzaman = Bulan masa
Kamaruddin = Bulan agama
Kamarul Arifin = Bulan orang arif
Kamil = Sempurna
Karami = Kemuliaanku
Karim = Yang mulia
Karman = Kemuliaan
Kasir = Melimpah, banyak
Katib = Juru tulis
Kazim = Penyabar
Khair = Kebaikan
Khaizuran = Ketua, pemimpin
Khairuddin = Kebaikan agama
Khan = Ketua, pemimpin
Khadim = Sukarelawan
Khalifah = Pengganti, wakil
Khalid (Abd) = Yang kekal
Khaldun = Kekal
Khalis = Suci, ikhlas
Kariman = Haji dan jihad
Khattab = Pengkhutbah
Khatib = Petah berpidato
Khayam = Pembuat khemah
Khazin = Bendahari
Khazindar = Penjaga kekayaan
Khilfi = Pengganti
Khidir = Nama nabi
Khumaini = Pandangan yang jauh
Khuwailid = Kekal
Khuararizmi = Nisbah
Khudari = Nisbah
Khabir = Pakar, berpengalaman
Khursyid = Matahari
Khairan = Kebaikan
Khairin = Kebaikan
Khairani = Kebaikanku
Khairul Anwar = Cahaya yang baik
Khairuddin = Sebaik-baik agama
Khairul Anam = Sebaik-baik manusia
Khairun Nas = Sebaik-baik manusia
Khairul Zaman = Sebaik-baik masa
Khairul Amirin = Sebaik-baik pembina
Khairul Harisin = Sebaik-baik pengawal
Khairul Ikhwan = Persaudaraan yang baik
Khalas = Yang selamat
Khallad = Yang kekal
Khalil = Sahabat
Khuwailid = Yang kekal
Khalili = Sahabat
Kiram = Mulia
Kiraman = Mulia
Labib = Cerdik, munasabah
Labid = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Lamani = Kegemilanganku
Lamin = Kepercayaan
Latif = Lembut, bersopan
Lazim = Tetap
Lazman = Tetap
Lais = Berani
Lujaini = Keputihan, perak
Liaqat = Kebolehan, keupayaan
Liwaun Nasari = Panji kemenangan
Liwauddin = Panji agama
Lutfi = Kehalusanku
Lizam = Yang mendiami
Lubaid = Yang kaya
Lukman = Nama nabi, bijaksana
Lubawi = Yang pintar
Lut = Nama nabi
Luzman = Tetap
Lutfan = Lemah lembut
Lutfilah = Taufik Allah
Lutfir Rahman = Pertolongan Allah
Lutfil Hadi = Taufik Allah Yang Hadi
Maamar = Kemakmuran
Maarif = Kecantikan, pengetahuan
Mabruk = Yang diberkati
Maasyir = Pandai bergaul
Mabrur = Membuat kebajikan
Majad = Kemuliaan
Makmun = Beramanah
Mahasin = Kebaikan
Majid = Dihormati
Majdi = Kemulianku
Mahamid = Pujian, terpuji
Mahdi = Yang mendapat hidayah
Mahbub = Yang dikasihi
Mahadhir = Menulis kebaikan
Mahfuz = Terpelihara
Madani = Kemajuan
Makhluf = Maju ke hadapan
Mahmud = Terpuji
Makhlad = Yang kekal
Mahzuz = Bernasib baik
Maisur = Yang senang
Makarim = Kemulian
Mahran = Kebijaksanaan
Malazi = Tempat perlindungan
Mamduh = Terpuji
Mahir = Pakar
Manaf = Ketinggian, kenaikan
Manan = Pemurah
Mansur = Pemenang
Manzur = Yang boleh diterima, dipersetujui
Maqbul = Diterima, dipersetujui
Marjan = Batu karang
Marzuq = Yang mendapat rezeki
Marzuqi = Rezekiku
Marwan = Bermaruah
Masrur = Yang riang, suka
Masykur = Yang bersyukur
Mas’ud = Bertuah
Masyhad = Kesaksian
Masyahadi = Persaksianku, tuntutanku
Masyruh = Lapang dada
Masun = Yang terpelihara
Matlub = Cita-cita
Maula = Tuan besar
Maulawi = Yang berzuhud (Maulana)
Mawardi = Nisbah, air mawarku
Mazhud = Yang zuhud
Maziz = Mulia
Mikyad = Yang bertaubat
Miftah = Pembuka, perintis
Mirza = Anak yang baik
Minhaj = Acara, biasa
Mikbad = Ibadah
Mifzal = Teramat mulia
Mikdam = Berani
Misbah = Pelita, cahaya
Mizwar = Rajin berkunjung
Muammar = Panjang umur
Muawiyah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Muaz = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Muayyad = Kuat, menang
Muazzam = Dihormati, disanjungi
Mubarak = Yang diberkati
mubin = Lut sinar, jernih
Mubasyir = Pembawa petanda yang baik
Mughis = Penolong
Muhaimin = Yang memelihara dan mengawal
Muqtadir = Yang berkemampuan
Muhammad = Yang terpuji, di rahmati
Muharram = Bulan Muharram
Muhazzab = Terdidik
Muhajir = Yang berhijrah
Muhsin = Yang membuat kebaikan
Muhib = Kekasih, peminat
Muqri = Ahli ibadat
Muhibbuddin = Pengasih agama
Muhtadi = Beroleh hidayah
Mujahid = Pejuang Islam
Mujib = Penyahut
Mujibuddin = Penyahut agama
Mujibur = Penyahut seruan Allah Yang Maha Pengasih
Mulhim = Pemberi inspirasi
Muinuddin = Pembela agama
Muntasir = Yang menang
Muizzuddin = Penyokong agama
Muktasim = Terjaga
Mukhtar = Yang terpilih
Mukti = Pemberani
Munawwar = Berkilau
Munawwir = Bersinar
Munir = Yang menerangi
Munabbih = Pemberi peringatan
Munzir = Yang memberi amaran
Muntazar = Yang diawasi
Murad = Keinginan, cita
Mursyid = Pemimbing, guru
Mursil = Wakil
Muradi = Harapanku
Mus’ab = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Musa = Nama nabi
Mus’ad = Yang bahagia
Musaid = Penolong
Musawi = Yang adil
Muslih = Yang membaiki
Muslihin = Yang memulihkan
Muslihuddin = Pemulih agama
Muslim = Yang menyerah diri kepada Allah
Musayyad = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Mustafa = Yang terpilih
Mustaqim = Yang lurus
Musyrif = Tinggi, pengawas
Mutalib = Yang menuntut dari masa ke semasa
Muzaffar = Kemenangan
Nabil = Yang cerdik, mulia
Nabhan = Perwira, berwaspada
Nabihan = Mulia, masyhur
Nadir = Berseri-seri
Nadim = Rakan, sahabat
Nafis = Bernilai
Nahdan = Kebangkitan
Nahar = Keluasan sungai
Nahlan = Berbisa
Naif = Tinggi
Najwan = Kemenangan
Naim = Kesenangan
Najmuddin = Bintang agama
Najah = Kemenangan
Najib = Keturunan yang mulia
Najih = Yang menang
Najid = Gagah, berani
Najdat = Berani
Najmi = Bintangku
Nafiz = Yang melaksanakan
Nafi’ = Yang berguna
Najmussabah = Bintang subuh
Naqib = Yang menjamin
Naqiuddin = Kebersihan agama
Nasab = Keturunan mulia
Nasih = Pemberi nasihat
Nasim = Angin sepoi-sepoi bahasa
Nasr = Pertolongan
Nasir = Pertolongan
Nasran = Pertolongan
Nasiruddin = Pembela agama
Nasri = Pertolonganku
Nasrat = Kemenangan
Nasruddin = Pertolongan Allah
Nasrullah = Pertolongan Allah
Nasrul Haq = Pertolongan kebenaran
Nasif = Yang insaf
Nasyat = Kecergasan
Naufal = Dermawan
Nawaf = Tinggi
Nawi = Ketua
Nawab = Pemimpin, pemerintah
Nazhan = Jauh dari yang dieji
Nazim = Penyajak
Nazmi = Bintangku, keindahanku
Nazri = Pandanku
Nazran = Persembahan untuk Allah
Nazir = Bandingan
Nazih = Yang bersih
Nikmat = Rahmat
Nidal = Perjuangan, menang
Nizam = Peraturan
Nizar = Yang memerintah
Niamuddin = Peraturan agama
Niyaz = Doa, harapan
Nuh = Nama nabi
Nu’man = Kebaikan
Nuaim = Nikmat
Nufail = Pemberian, hadiah
Nuri = Cahayaku
Nurhan = Cahaya raja
Nuruddin = Cahaya agama
Nurul Haq = Cahaya kebenaran
Nurul Hidayah = Cahaya petunjuk
Nusari = Pertolongan
Nurul Islam = Cahaya Islam
Nuwair = Cahaya
Rafaat = Sangat lembut, cinta
Rabbani = Arif dan soleh
Rabah = Usaha, keuntungan
Rabiti = Yang zahid
Ra idi = Pelopor
Radi = Yang redha
Rafi = Yang meninggikan
Rafidan = Sungai Dajlah dan Furat
Rafid = Pembantu, pemberi
Rafie = Tinggi dan mulia
Rafiq = Pendamping
Rafiqi = Pendampingku
Rafiqin = Pendamping
Rafiuddin = Pendukung agama
Raghib = Yang menyukai
Rahimi = Kesayangaku
Rahmani = Kesayanganku
Rahmuni = Yang penyayang
Rahmat = Rahmat, belas kasihan
Raid = Perintis, ketua
Raimi = Keutamaanku
Raif = Pengasih
Rais = Ketua
Raiyan = Yang puas
Rajab = Bulan Rejab
Rajauddin = Harapan agama
Rajaie = Harapanku
Rakin = Dihormati
Ramadhan = Bulan Ramadhan
Ramli = Penelitianku
Raihan = Wangi, harum
Ramzi = Lambangku
Rasin = Yang mantap
Rasmi = Yang rasmi, lukisanku
Rasuli = Wakilku, utusanku
Rasyad = Memperolehi petunjuk
Rasydan = Mendapat petunjuk
Rasyid = Petunjuk, cerdas
Rauf = Pengasuh
Rawi = Tubuh serta akal yang sihat
Raqib = Penjaga, pengawal
Rawiyani = Keindahanku
Razi = Nisbah
Razin = Yang berakhlak
Raziq (Abd) = Hamba yang murah rezeki
Riyad = Taman
Rida = Keredhaan
Ridauddin = Keredhaan agama
Ridwan = Keredhaan
Riffat = Pangkat yang tinggi
Rifai = Yang tinggi dan mulia
Rif’at = Ketinggian
Rifqi = Lemah lembut
Ruknuddin = Sendi agama
Riman = Kijang
Ruslan = Wakil, penyampai
Rusli = Wakilku
Rustam = Berani, kuat
Rusydi = Kecerdikanku
Rusyaidi = Yang cerdik
Rusydan = Petunjuk
Rusyduddin = Kelurusan agama
Ruwaidi = Angin sepoi-sepoi
Ruzain = Tempat ketenteramanku
Saadan = Kebahagian
Saad = Bahagia
Saaduddin = Agama yang membahagiakan
Saadi = Kebahagianku
Sa’dun = Kebahagian
Sabahi = Ketua pejuang
Sabiq = Yang mendahului
Sabil = Jalan
Sabit = Yang baik, pemurah
Sabir = Yang sabar
Sabqi = Keutamaanku
Sabran = Kesabaran
Sabri = Kesabaranku
Sadad = Kejujuranku
Sadat = Pimpinan
Sadiq = Yang benar
Sadruddin = Pemimpin agama
Safaraz = Dihormati
Safiy = Yang bersih dan jujur
Safiuddin = Kesucian agama
Safir = Wakil, duta besar
Safwan = Bersih, ikhlas
Saghir = Yang mengikut
Sahil = Mudah, senang
Sahlan = Mudah, senang
Sahnon = Kehalusan
Sahli = Kemudahanku
Sajid = Orang yang sujud
Said = Yang bahagia
Saidun = Yang berbahagia
Saifuddin = Pedang agama
Saiful Islam = Pedang Islam
Saifullah = Pedang Allah
Sakhawi = Kemurahan hati
Salahuddin = Kebaikan agama
Salam = Kesejahteraan
Samran = Pertolongan
Sama’an = Yang patuh
Salamat = Kesejahteraan
Soleh = Yang baik
Solihin = Yang baik
Solihan = Yang baik
Salim = Selamat, terkawal
Saliman = Kesejahteraan
Salman = Selamat, terkawal
Sarhan = Kemudahan
Samad = Serba baik
Samih = Pemaaf, pemurah
Samir = Penghibur
Sattar = Menutup cela, aib
Subhi = Subuh
Sufyan = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Suhaib = Kemerah-merahan
Suhail = Senang, mudah
Suhaili = Kemudahanku
Sulaim = Sejahtera
Sulaiman = Nama nabi, sejahtera
Sulhidar = Bersenjata
Sulaimi = Kesejahteraanku
Sulwan = Kepuasan
Suwadi = Rahsiaku
Sya’ban = Bulan Sya’ban
Sya’rani = Nisbah
Suhaid = Lembut, tampan
Syabil = Bintang
Syaddad = Yang perkasa
Syukri = Kesyukuran
Syafaat = Pembelaan, pertolongan
Saud = Yang bahagia
Siddiq = Yang membenarkan
Sidqi = Kebenaranku
Silmi = Kedamaianku
Sinwan = Kembar
Siraj = Pelita
Sirajuddin = Pelita agama
Sirhan = Berani, singa
Sirin = Nama seorang tabi’ie
Sufi = Ahli tasauf
Syafi = Yang menyembuhkan
Syafiq = Penyayang
Syahmi = Mulia, berani, bijak
Syahir = Terkenal
Syahiran = Terkenal
Syahin = Tiang neraca
Syakir = Pengenang budi
Syamini = Keharuman yang tinggi
Sam’un = Pendengaran
Syukran = Kesyukuran
Sanad = Tempat bergantung
Sanim = Yang darjatnya tinggi
Syamsul Bahri = Matahari lautan
Syamsuddin = Matahari agama
Syamsuz Zaman = Matahari masa
Syamsi = Matahariku
Syamsir = Pedang
Syaraf = Kemuliaan
Syarafat = Harga diri, maruah
Syarifuddin = Kemuliaan agama
Syarif = Dipuji, mulia
Syarafuddin = Yang mulia agamanya
Syaukat = Kekuasaan
Syahabuddin = Bintang agama
Syawal = Bulan syawal
Syazani = Kecergasanku
Syazwan = Haruman kasturi
Syazwi = Keharumanku
Syubli = anak singa
Syihabuddin = Bintang agama
Syuaib = Nama nabi
Syu’bah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Syukur = Kesyukuran
Syukri = Kesyukuran
Syuwari = Kecantikanku
Tabari = Nama ulama
Tabrani = Nama ulama
Taha = Nama nabi
Tahir = Yang bersih dan murni
Tahsin = Menghiasi
Tahfiz = Usaha menghafaz
Taib = Yang baik
Tajuddin = Mahkota agama
Tadwin = Pencatatan
Tafhim = Usaha memahami
Tahzir = Usaha memberi peringatan
Tajuzzaman = Mahkota masa
Taisir = Memudahkan
Tal’at = Ketinggian
Talal = Keindahan
Talhah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Talib = Penuntut
Tal’ah = Tampil, maju
Tamam = Kesempurnaan
Tamim = Kejadian sempurna
Tamrin = latihan, pembiasaan
Tamamul Qamar = Bulan purnama
Taqiuddin = Bertaqwa untuk agama
Tariq = Bintang subuh
Tarif = Istimewa
Taqris = Berperisa
Tqsnif = Mengarang
Tasnim = Air terjun dalam syurga
Taufiq = Pertolongan, petunjuk
Taufiqillah = Petunjuk Allah
Tauqan = Kemampuan hati
Tawadu = Merendah hati
Tijani = Mahkota
Thabit = Yang tabah
Thamir = Berjaya, berbuah
Tharwan = kekayaan
Thamin = Yang tinggi nilainya
Thaqif = Bijak dan cepat faham
Thauri = Revolusi
Tharwat = kekayaan
Thubat = Pahlawan
Tufail = Pengantara, gaya yang menarik
Ubbad = Banyak ibadat
Ubaid = Hamba, sahabat nabi Muhammad SAW
Ubaidan = Penyembahan
Ubaidullah = Hamba Allah
Ubadah = Sahabat nabi Muhammad SAW
Ukasyah = Sahabat nabi Muhammad SAW, labah-labah
Ukail = Pintar, pandai
Umair = Maju
Umar = Yang memakmurkan
Ulwan = Ketinggian, jelas
Urwah = Singa
Umaiyah = Sahabat nabi Muhammad SAW
Usaimin = Dari Uthman
Usaid = Berani, singa
Usyair = Kawan, suami
Uthman = Rajin dan gigih
Utbah = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Umran = Kemakmuran
Utaibah Persimpangan lembah
Uwais Pemberian
Uzair Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Uzzam = Singa
Waazin = Pengajaran
Wa’adi = Janjiku
Wabil = Pemurah
Wadud = Penyayang
Wadihan = Cantik, lawa
Wadi = Aman, tenteram
Wafid = Tamu
Wafiy = Setia, jujur
Wafiuddin = Setia pada agama
Wafri = Kekayaanku, keluasanku
Wafiq = Berjaya
Wahib = Pemberi
Wahab = Pemberian
Wahid = Tunggal
Wahiduddin = Terulung pada agamanya
Wahiduz Zaman = Terulung pada zamannya
Wahnan = Mudah, senang
Wail = Perteduhan, perlindungan
Waiz = Penasihat, mubaligh
Wajdi = Kesayanganku
Wajihuddin = Yang terkemuka dalam agama
Wali = Kekasih, pelindung
Walid = Kelahiran, yang dilahirkan
Waliuddin = Pembela dan pemelihara agama
Waqar = Ketenangan dan sopan santun
Waqur = Ketenangan dan kesopanan
Waqqas = Nama sahabat nabi Muhammad SAW
Waqiuddin = Pemelihara agama
Wardi = Bunga mawarku
Warid = Berani
Waris = Pewaris
Wasim = Segak, kacak
Wasil = Penghubung silatur rahim
Wazif = Yang tekun, gigih
Wathiq = Yang berkeyakinan
Wazien = Pendapat yang kukuh
Wazni = Yang menimbang secara adil
Waldan = Anak baik
Wazir = Menteri, yang berkuasa
Widad = Cinta, cita-cita
Wijdan = Sanubari, hati
Wisam = Petanda
Yaala = Kemuliaan, tinggi
Yaaqub = Nama nabi
Yaarub = Mahir bahasa arab
Yafiq = Mulia, dihormati
Yahya = Nama nabi, yang hidup
Yamin = Yang berkat
Yakut = Permata
Yaslam = Yang selamat, berserah
Yatim = Yang sangat berharga, tiadak bandingannya
Yasir = Yang senang
Yassaar = Kekayaan, kemewahan
Yaqzan = Yang berwaspada
Yaqin = Penuh keyakinan
Yasin = Nama nabi
Yawar = Pengawal peribadi
Yazdan = Belas kasihan
Yazid = Berkat
Yunan = Nama ulama
Yunus = Nama nabi
Yusuf = Nama nabi
Yusri = Kesenanganku
Zaalan = Rajin, giat
Zaafarani = Harum, wangi
Zabdan = Pemberian
Zabad = Keharuman kasturi
Zabadi = Keharumanku
Zabidi = Yang memberi
Zabir = Pintar, kuat
Zabran = Kuat, mampu
Zahab = Emas
Zahabi = Keemasan
Zahar = Sangat bergemerlapan
Zahid = Yang menjauhkan diri dari kemewahan
Zahidi = Yang menjauhkan diri dari kemewahan
Zahi = Yang cantik, berseri
Zahir = Yang cantik, berseri
Zahiruddin = Pembela agama
Zahirul Haq = Pendukung Hak
Zahil = Yang tenang
Zahin = Yang cerdik
Zahwan = Sedap dipandang
Zafar = Kemenangan/kejayaan
Zafir = Yang berjasa
Zafran = Kejayaan
Zafri = Kemenanganku
Zahran = Yang cantik, berseri
Zaid = Pertambahan, kelebihan
Zaidan = Pertambahan, kelebihan
Zaidun = Pertambahan, kelebihan
Zaidi = Pertambahanku, kelebihanku
Zaiyani = Hiasanku
Zaim = Pemimpin
Zain = Perhiasan
Zaini = Perhiasanku
Zakaria = Nama nabi
Zaki = Yang cerdik, yang harum, yang suci
Zakir = Yang mengenang, yang berzikir
Zakur = Yang kuat ingatan
Zakwan = Yang cerdik, yang harum
Zainuddin = Perhiasan agama
Zainul Abidin = Perhiasan orang beribadat
Zainul Ariffin = Perhiasan orang arif
Zainun = Perhiasan
Zamil = Teman, kawan
Zamir = Suara hati
Zamri = Kecantikanku
Zaman = Nasib
Zamanat = Yang dijamin
Zamzam = Air zamzam
Zar’ah = Tanaman
Zarif = Periang, berjenaka
Zawawi = Himpunan kebaikan
Zawwar = Banyak ziarah
Zawir = Ketua, pemimpin
Zayan = Yang cantik
Zayani = Kecantikanku
Zayyad = Semakin bertambah
Zihni = Kefahamanku, kekuatan akalku
Zikri = Ingatanku, kenanganku
Zimam = Yang utama, pemimpin
Ziyad = Pertambahan, kelebihan
Zubaidi = Pilihanku yang terbaik
Zubari = Gagah perkasa, pintar
Zuhair = Yang tenang
Zuhairi = Yang berseri
Zuhdi = Zuhud
Zuhri = Kecantikanku
Zuhaily = Yang tenang
Zuhnun = Yang cerdik
Zulfadhli = Yang mempunyai kelebihan
Zulfaqar = Nama pedang nabi Muhammad SAW
Zulfan = Taman
Zulhilmi = Yang sabar dan sopan
Zulhusni = Yang mempunyai kebaikan dan kecantikan
Zuljalal = Mempunyai kebesaran
Zuljamal = Yang mempunyai kecantikan
Zulkarnain = Nama seorang raja
Zulkifli = Nama seorang nabi
Zulmajid = Mempunyai kemuliaan
Zunnur = Yang bercahaya
Zunnurain = Yang mempunyai dua cahaya